Jadi guys, menurutku malam ini yang tiba-tiba kembali mendapat inspirasi menulis, identitas itu penting untuk menjadi determinan kita dibanding pribadi yang lain. Kamu tidak bisa mengharap orang mudah mengingatmu dan terus mengingatmu, jika kamu sama atau serupa dengan yang lain.
Ibarat barang pasaran dan barang bermerek, tentu kamu bisa membedakannya. Dari sisi harga saja sudah beda, belum jika ditinjau dari segi kualitas. Mungkin modelnya hampir sama. Tapi ingat, barang bermerek itu bisa ditiru siapa saja (makanya ada barang KW dan imitasi). Sedangkan barang bermerek tidak akan niru-niru produk keluaran pasar.
Intinya kembali “be yourself”. Namun, yourself di sini tidak boleh pribadi yang ikut-ikutan. Jadi tidak disebut copycat, yang akhirnya malah tidak punya tempat di hati siapa pun, melainkan sekedar lewat dan berhembus bagai angin lalu. Ada atau tidak ada kamu, biasa saja bagi mereka. Kamu bisa ada di mana saja, tapi juga mudah dilupa.
Mereka yang menciptakan tren, akan jauh lebih terkenal daripada mereka yang mengikuti tren. Identitas di sini juga perlu kamu ciptakan, dalam pusara yang positif jika ingin dinilai positif.
Lantas perlukah kita menjadi orang yang kontroversi hanya agar memiliki identitas pembeda? Menurutku yang sudah menjalani hidup puluhan tahun (ciye, serasa sesepuh saja) jawabannya pasti tidak perlu.
Tokoh kontroversial membawa beban yang berat ke mana pun ia melangkah. Di antara orang yang mendukungnya, ada banyak orang yang akan mengecamnya. Jika tak kuat, ini akan menimbulkan kegilaan yang semakin menjadi-jadi atau malah menjadi rong-rongan terhadap ketenangan jiwa. Walau bagaimanapun, sebagai orang beragama, bagiku pribadi, ketenangan jiwa dan keseimbangan antara dunia dan akhirat itu sangat penting.
Kembali ke identitas yang membekas. Mengacu pada peribahasa, gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, maka manusia mati harus meninggalkan nama. Oleh karena itu, tinggalkan kenangan yang indah-indah saja pada orang, agar setelah mati pun namamu tetap harum. (Dalam Islam ini penting agar tidak terputus amal jariyah).
Untuk itu, identitasmu haruslah sebagai pribadi yang mumpuni, baik di akhlak, cantik di wajah, prima di karya. Ya, Insya Allah identitas seperti itu akan membuatmu menjadi pribadi yang membekas di hati rekan-rekan sejawat. Mereka yang berkumpul denganmu akan mengagumi prestasimu. Mereka yang jauh dari dirimu akan merindukanmu. Mereka yang berbincang denganmu akan menikmati diskusi panjang bersamamu. Dan mereka yang mendengar namamu akan penasaran untuk mengenalmu.
Tentunya harus istiqomah kalau mau membangun karakter. Penulis sendiri sering merasa gagal menjaga konsistensi. Yang akhirnya membuat penulis tampak susah ditebak. Tapi jangan salah, ini juga termasuk karakter yang nggak pasaran (wkwkwkwk).
Yang jelas berjalanlah di jalan yang lurus, berbuatlah yang terbaik yang bisa kamu perbuat, mulailah dengan membaca basmallah dan akhirilah dengan hamdalah. Ingat, Allah memonitormu!
Ditulis oleh: Nailin RA
Penulis Wanita Berhati Baja