SEMARANG, LINGKAR – Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyempatkan untuk berpamitan saat meninjau perayaan Natal 2024 yang dilakukan jemaat GPIB Immanuel Semarang atau biasa disebut Gereja Blenduk Semarang.
“Saya mohon pamit karena Februari 2025 akan ada pelantikan pimpinan baru yaitu Wali Kota dan Wakil Wali Kota Semarang terpilih. Mohon maaf apabila ada salah-salah dalam komunikasi,” katanya, saat menyapa jemaat GPIB Immanuel di Semarang, Selasa.
Pada 10 Februari mendatang, ada pelantikan wali kota dan wakil wali kota Semarang terpilih Agustina Wilujeng Pramestuti-Iswar Aminuddin yang akan menggantikan Hevearita sebagai Wali Kota Semarang.
Menurut dia, perayaan Natal itu merupakan momentum yang tepat untuknya berpamitan kepada jemaat gereja yang biasa dikunjunginya setiap tahun.
Apalagi, tinjauan perayaan Natal tahun ini merupakan yang terakhir dilakukannya sebagai wali kota bersama jajaran musyawarah pimpinan daerah (muspida) yang menjadi agenda tahunan.
“Mungkin ketemunya kan Natal ini. Karena Natal tahun depan kan saya sudah tidak menjadi wali kota. Jemaat GPIB ini kan setiap tahun selalu kami sowani, kunjungi (saat perayaan Natal, red.),” katanya.
Apalagi, kata dia, Pemerintah Kota Semarang dan GPIB Immanuel juga kerap berkomunikasi terkait proses revitalisasi kawasan Kota Lama dan penetapan kawasan cagar budaya.
Sebagaimana adat dan budaya Jawa, kata dia, tentunya kesempatan bertemu itu sekalian digunakannya untuk berpamitan kepada jemaat gereja yang juga bagian dari masyarakat Kota Semarang.
“Ini ‘nyicil’ pamitan gitu ya. Karena seperti diketahui pada 10 Februari 2024 kan akan ada pergantian kepemimpinan di seluruh kabupaten/kota. Bahkan provinsi se-Indonesia,” katanya.
“Apalagi, sebagai orang Jawa ya. Kami pamit. Karena kami datang juga kulonuwun dan tentunya kita meninggalkan juga (pamit, red.),” kata Ita, sapaan akrabnya.
Ia berharap silaturahmi yang selama ini sudah terjalin dengan baik tetap berlanjut, termasuk toleransi antarumat beragam yang selama ini sudah berlangsung dengan sangat baik.
“Tetap kita bisa bersilaturahmi, kita akan menjaga semua ke-Bhinneka Tunggal Ika-an baik dari berbagai suku agama dan ras. Tentunya kita harus tetap bersosialisasi, bersilaturahmi, dan menjaga hubungan dengan sesama,” tutupnya (RARA – LINGKAR)