Lingkar.news – Direktur Utama Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Ali Ghufron Mukti, mengusulkan agar penyakit akibat rokok tidak ditanggung program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Ghufron berharap kebijakan tersebut bisa berlaku pada 2025. Hal ini seiring penyesuaian tarif dan iuran, yang direncanakan berdasarkan Peraturan Presiden No 59 Tahun 2024.
Dirinya mencatat, bahwa perokok lebih memilih membeli rokok ketimbang membayar iuran kesehatan sehingga sangat berdampak pada pembiayaan negara.
Terlebih untuk penyakit jantung, yang menghabiskan Rp10 triliun per tahun. Ghufron menginginkan, masyarakat lebih sadar akan kesehatan untuk menghindari penyakit serius, seperti kanker paru-paru dan stroke.
Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 59 Tahun 2024 BPJS Kesehatan memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama, tingkatan lanjutan, ambulan, skrining kesehatan penyakit mulai dari diabetes melitus, kanker, paru obstruktif kronis, kanker paru dan sebagainya.
Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebutkan beban kesehatan yang ditanggung negara akibat penyakit yang ditimbulkan oleh rokok memiliki nilai yang jauh lebih besar dari pendapatan yang diperoleh.
“Beban kesehatan yang dikeluarkan karena penyakit paru kronis itu jauh lebih besar dari pendapatan Bea Cukai,” kata Menkes Budi ditemui usai kegiatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia di Jakarta, Selasa, 4 Juni 2024.
Menkes mengungkapkan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) yang salah satunya disebabkan oleh asap rokok menghabiskan anggaran kesehatan yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan hingga lebih dari Rp10 triliun pada 2023.
Selain PPOK, lanjut Menkes, beberapa penyakit berbiaya mahal seperti jantung dan kanker paru, juga salah satunya disebabkan oleh rokok. Bahkan Menkes juga menilai banyak di antara penderita penyakit tersebut yang belum terdeteksi.
“Kanker paru kan pembunuh di pria nomor satu untuk kanker, nah itu juga besar, dan masih banyak yang undetected, jadi dia meninggal kita enggak tahu meninggalnya gara-gara apa, padahal sebenarnya gara-gara kanker paru,” ujarnya. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)