KABUPATEN SEMARANG, Lingkar.news – Warga Dusun Kalilateng Kulon dan Dusun Kalilateng Wetan di Desa Mluweh, Kecamatan Ungaran Timur, Kabupaten Semarang swadaya membangun jembatan penyeberangan lantaran tidak ada akses yang menghubungkan dua daerah tersebut.
Pembangunan jembatan penghubung antardusun itu diperkirakan lebih dari 20 meter di atas Sungai Loning. Perkiraan biaya yang dibutuhkan mencapai Rp150 juta.
“Dana untuk membangun jembatan penyeberangan sekaligus akses warga ini kurang lebihnya Rp 150 juta, dan selama ini dibangun dari hasil swadaya dari warga di dua dusun ini,” ujar Ketua RT 06 RW 02, Dusun Kalilateng Kulon, Desa Mluweh, Ungaran Timur, Sayadi (56) pada Kamis, 12 Juni 2025.
Namun, Sayadi mengatakan pembangunan jembatan peghubung itu terancam berhenti lantaran kekurangan dana.
Sayadi mengatakan jembatan tersebut dinilai sangat penting dan dibutuhkan warga baik Dusun Kalilateng Kulon dan Kalilateng Wetan sebagai akses warga sehari-hari, seperti ke sekolah maupun fasilitas lainnya.
“Ya karena, selama ini warga dan anak-anak kalau mau ada kebutuhan ke Kalilateng Kulon, misal sekolah dan lainnya, ini mereka harus menuruni dan mendaki tebing bibir sungai setinggi 5 meter di sungai yang memiliki lebar 20 meter itu,” tuturnya.
Maka dari itulah, warga yang berada di dua RW dan 17 RT di Dusun Kalilateng Kulon dan Kalilateng Wetan ini menggalang dana secara swadaya sejak Mei 2025. Uang swadaya tersebut tidak dipatok nilainya, dan sudah terkumpul Rp100 juta.
“Uang itu sudah digunakan untuk membangun pondasi dan tiang penyangga jembatan penyeberangan. Namun, proses pembangunan jembatan tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kalau tidak ada tambahan uang swadaya yang terkumpul kembali, ya sementara harus diberhentikan dulu,” bebernya.
Untuk menutupi kebutuhan yang diperlukan, kata Sayadi, warga butuh swadaya lagi untuk membangun jembatan.
Sayadi berharap ada perhatian dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang untuk dapat membantu warga membangun jembatan penghubung.
Respons Pemerintah Kabupaten Semarang
Bupati Semarang, Ngesti Nugraha, menyampaikan apresiasi dan berterimakasih atas inisiatif warga yang melakukan swadaya untuk membangun akses penghubung dusun.
“Namun, jika disinggung peran pemerintah dalam membantu pembangunan jembatan itu, tentu ada tahapan dan proses-proses yang harus dilalui. Misalnya, proses penganggaran dari Pemkab Semarang ini tentu tidak bisa, secara langsung begitu saja dilakukan, karena pembangunan sudah berjalan ini jembatannya,” terangnya.
Ngesti menegaskan, jika ketika pembangunan jalan itu sudah dilakukan namun berhenti karena berkaitan dengan anggaran, ini tentu tidak bisa dilakukan dengan anggaran dari Pemkab Semarang.
“Kami baru saja menerima informasi bahwa pembangunan jembatan ini sudah dikerjakan secara swadaya, dan jika kami membantu saat ini dengan anggaran Pemkab Semarang, kami khawatir nanti akan menumpuk, dan jika dilanjutkan dari APBD nanti akan justru tumpang tindih dan bjsa jadi temuan Badan Pengawasan Keuangan (BPK),” terang Bupati Ngesti.
Namun, kata Bupati Ngesti, Pemkab Semarang telah menerima aspirasi soal sarana atau fasilitas umum tambahan lainnya, untuk menunjang kebutuhan warga setempat. Beberapa di antaranya yakni lampu penerangan, pembangunan TPQ, perbaikan jalan, dan lain-lain.
“Tentu nanti akan secara bertahap bantuan sarpras lainnya di kedua dusun itu, tapi di bidang lainnya, dan bukan jenbatan. Karena kalau sekarang tiba-tiba diberi anggaran takut akan akan terjadinya tumpang tindih, maka kami akan anggarkan pada anggaran APBD tahun 2026 dengan pos-pos berbeda, contoh lampu penerangan jalan, dan lainnya,” pungkasnya.
Jurnalis: Hesty Imaniar
Editor: Ulfa Puspa