Sosok I Dewa Ayu Firsty Meita Dewanggi, Pembawa Baki Bendera Merah Putih saat Upacara HUT RI Asal Kudus

I Dewa Ayu Firsty Meita Dewanggi (Tangkapan layat Youtube Sekretariat Presiden/Lingkar.news)

I Dewa Ayu Firsty Meita Dewanggi (Tangkapan layat Youtube Sekretariat Presiden/Lingkar.news)

Lingkar.news – Menjadi petugas pembawa baki dalam upacara kenegaraan tentu bukan hal yang mudah. Apalagi upacara kenegaraan itu dilakukan saat peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 Republik Indonesia (RI).

Namun, hal ini berhasil dilakukan oleh I Dewa Ayu Firsty Merita Dewanggi. Siswa SMA N 2 Kudus itu berhasil menjalankan tugasnya sebagai pembawa baki bendera pusaka.

Dirinya berhasil menerima bendera dari Presiden RI, Joko Widodo dan menyerahkannya kepada petugas pengibar bendera. Selama bertugas, dirinya pun nampak percaya diri meski menjadi sorotan seluruh masyarakat Indonesia.

Gadis asal Kudus itu mengaku sudah tertarik dengan Paskibraka sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD). Ia pertama kali melihat aksi baris-berbaris dari paskibraka ini melalui televisi.

“Saat pertama kali lihat di televisi itu kelihatan keren banget karena barisannya rapi. Mulai sejak itu langsung suka banget sama paskibraka dan muncul dari diri sendiri kalau aku mau jadi kaya gitu,” ucapnya.

Sebelum berangkat ke Jakarta, Firsty sudah menargetkan untuk bisa menjadi pembawa baki di Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Tak disangka, harapannya itu menjadi kenyataan.

Dara kelahiran 21 Mei 2006 itu menceritakan, dirinya mulai mengikuti kegiatan Paskibraka sejak di bangku SMP. Lalu dirinya lanjut mengikuti kegiatan Paskibraka saat SMA.

Alhamdulillah saat di SMA ada seleksi Paskibraka itu saya diikutkan oleh pihak sekolah dan kemudian lolos menjadi Paskibraka tingkat Nasional,” terangnya.

Siswi Kelas XI SMA 2 Kudus itu mengungkapkan, selama mengikuti kegiatan Paskibraka dirinya selalu didukung oleh orang tua. Selain itu, perempuan yang tinggal di Desa Garung Lor, Kecamatan Kaliwungu itu menceritakan suka duka selama mengikuti Paskibraka.

 Menurutnya, dengan ikut Paskibraka dirinya memang harus bisa terbiasa untuk jauh dari orang tua. Selain itu, dia juga harus pintar membagi waktu untuk kegiatan akademik dan Paskibraka.

“Namun hal itu bisa terbayar semua ketika tujuan saya bisa terwujud. Selama ikut Paskibraka saya juga bisa berkenalan dengan orang baru, punya keluarga dan jadi lebih disiplin. Banyak ilmu yang saya dapat,” katanya.

Untuk bisa lolos sebagai Paskibraka Nasional, ia mengaku harus latihan hingga menjelang malam. Ia pun berpesan bagi teman-temannya yang ingin menekuni Paskibraka untuk terus berusaha. Waktu latihan pun harus dimaksimalkan dengan baik

“Yang paling penting adalah ada kemauan dari diri sendiri dulu. Bagaimanapun hasilnya, harus usahakan maksimal dulu, untuk hasilnya kita serahkan ke Tuhan,” bebernya.

Dirinya pun sudah mempersiapkan fisik dan mental sejak lama, sebelum lolos Paskibraka Nasional. Seleksi yang ketat sempat membuatnya gentar, namun anak tunggal tersebut telah bertekad mewujudkan impiannya.

“Seleksinya memang ketat. Saya juga sempat deg-degan dan minder. Tapi atas dukungan orang tua, guru, serta pelatih saya menjadi lebih tenang dan bisa melewatinya dengan baik,” pungkasnya. (Lingkar Network | Nisa Hafizhotus Syarifa – Koran Lingkar)

Exit mobile version