Lingkar.news – Kehadiran teknologi membuat hidup semakin mudah untuk mengetahui hal-hal yang tidak bisa dijangkau secara fisik. Hal ini memudahkan manusia sekaligus menunjukkan cara pandang baru dalam menjalani kehidupan.
Cara pandang baru yang ditampilkan melalui televisi, internet, dan media sosial membuat segalanya berorientasi pada hal materiil. Kata sukses menjadi kata kunci penting yang wajib diraih, bahkan menjadi motivasi untuk belajar dan bekerja keras untuk meraihnya. Kesuksesan orang lain seolah menjadi patokan hidup.
Tapi, pernahkah terlintas pertanyaan, ketika kita bekerja keras meraih sukses kenapa hidup ini juga semakin berat? Sudah menghasilkan banyak hal tetapi masih merasa tidak puas, tidak cukup, dan selalu kurang?
Meraih sukses bisa jadi motivasi positif tapi pada titik tertentu membuat kita tidak merasa puas, segalanya menjadi susah dan berat karena ada persaingan untuk meraih puncak kesuksesan.
Seorang petani dari Thailand yang juga seorang filsuf dan aktivis komunitas punya perspektif berbeda dalam memandang hidup. Seperti yang selalu ia sampaikan dalam forum-forum, bahwa hidup itu mudah jika kita mau memahami diri.
Hidup seperti anak-anak
Menurut Jon Jandai, hidup semasa kanak-kanak terasa menyenangkan dan benar-benar menikmati hidup di setiap situasi yang dialami. Banyak orang menginginkan kebahagiaan dalam menikmati hidup. Saat merasa bahagisa seseorang bisa melihat berbagai keindahan dalam hidup.
Tidak perlu mencari hal-hal yang rumit, cobalah untuk melihat ke dalam diri dan lingkungan sekitar akan ada berbagai hal yang sebenarnya bisa membuat perasaan bahagia. Sibuk meraih kesuksesan bisa jadi yang membuat diri tidak sadar dengan apa yang ada di dekat kita. Terlalu berorientasi pada uang dan materi justru membuat diri menjadi pribadi yang lebih egois.
Melihat ke dalam diri
Dalam proses menjadi sukses, membuat kita melepaskan koneksi dengan diri sendiri dan orang lain. Kesuksesan memaksa diri kita untuk menjadi orang yang lebih independen, padahal dalam hidup ini akan selalu ada orang-orang di sekitar yang membutuhkan perhatian kita, aka nada waktu dimana kita butuh bantuan orang lain.
Ketika punya waktu gunakanlah momen tersebut kembali terkoneksi dengan diri sendiri, dengan demikian kita bisa memahami apa yang diinginkan dalam hidup.
Menjadi diri sendiri
Jadilah diri sendiri bahkan ketika itu soal berpakaian. Seberapa keras usaha kita untuk terlihat lebih baik dengan mengenakan baju yang sedang tren tidak akan mengubah siapa diri kita yang sebenarnya.
Memakai sepotong baju paling mahal yang kita dapatkan dari hasil menabung tidak akan merubah hidup kita menjadi seperti orang lain. Tidak perlu mengikuti tren fashion karena kita tidak pernah bisa menyamainya. Kenakan pakaian yang kita punya karena yang penting itu bukan soal bajunya. Tetapi kita beli karena menginginkannya atau karena membutuhkannya?
Sakit adalah pertanda ada yang salah
Tentang kesehatan, Jon Jandai memaknai kondisi tersebut sebagai sebuah pengingat bahwa ada sesuatu yang salah dari cara kita dalam menjalani. Mungkin ada yang salah dari cara konsumsi makanan, atau saat bekerja tanpa memperhatikan sinyal-sinyal yang diberikan tubuh.
Masalah kesehatan memang hal yang bisa terjadi kapan saja, tetapi dengan memahami pola hidup dan cara hidup kita bisa mengantisipasi agar tidak mudah jatuh sakit. Untuk bisa bahagia, kita perlu kembali kepada diri kita, kembali terkoneksi dengan orang-orang sekitar, dan kembali menata hati dan pikiran. (Lingkar Network | Lingkar.news)