Lingkar.news – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, baru meresmikan pembukaan Terowongan Silaturahim yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral, Jakarta, Kamis, 12 Desember 2024.
Dibangun mulai Desember 2020 dengan anggaran awal Rp37,3 miliar, pembangunan terowongan silaturahmi yang digagas Presiden ke-7 RI Joko Widodo ini memiliki luas 218 meter persegi, dengan panjang terowongan 34 meter, dan kedalaman 6 meter.
Proyek ini selesai dibangun pada 2021 dengan nilai investasi sebesar Rp39 miliar, namun saat itu belum bisa dibuka untuk umum karena masih ada sejumlah pekerjaan tambahan untuk dirampungkan.
Setelah diresmikan pada Kamis, 12 Desember 2024 kini Terowongan Silaturahim sudah bisa diakses masyarakat umum. Bangunannya pun dirancang dengan aksesibilitas yang memadai untuk semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas.
Terowongan silaturahmi dibangun guna memudahkan akses jamaah Masjid Istiqlal maupun Gereja Katedral, serta secara umum menjadi simbol kerukunan antarumat beragama di Indonesia.
Akses Masuk Terowongan Silaturahim
Untuk masuk ke Terowongan Silaturahim tidak jauh dari pintu gerbang utama Masjid Istiqlal, atau hanya berjarak 16 meter. Pengunjung akan menemukan sejumlah anak tangga untuk masuk ke dalam terowongan karena posisinya memang berada tujuh meter di bawah permukaan tanah.
Kemudian akses masuk terowongan dari Gereja Katedral, pintu terowongan berjarak sekitar 32 meter.
Ada Apa Saja di Terowongan Silaturahim?
Pengunjung akan dimanjakan dengan arsitektur bergaya modern, desain eksterion menggunakan material transparan dan bagian interiornya menggunakan marmer yang didatangkan langsung dari Sulawesi.
Di dalam terowongan juga terdapat galeri diorama berupa instalasi seni yang menceritakan hubungan toleransi antarumat beragama di Indonesia yang terwakili oleh hubungan antarumat maupun pengurus Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral.
Instalasi seni tersebut bertema Wat Hati yang berartu Jembatan Hati karya seniman Sunaryo. Di dalam terowongan ini juga diperdengarkan suara atau bunyi-bunyi sebagai simbol berbagai agama.
Kemudian bunyi-bunyian itu diperindah dengan cahaya tanpa putus pada relling terowongan silaturahim. Cahaya tanpa putus itu menjadi simbol jabat tangan, kerukunan.
Terowongan ini sempat ditinjau Paus Fransiskus saat berkunjung ke Indonesia pada 5 September 2024. Pemimpin Gereja Katolik Dunia itu sempat mengungkapkan kekagumannya terhadap terowongan yang menghubungkan dua rumah ibadah besar di Indonesia. (Lingkar Network | Lingkar.news)