Hari Tuli Nasional, Yuk Kenali Bahasa Isyarat SIBI dan BISINDO

ILUSTRASI: Beberapa contoh gerakan bahasa isyarat. (Freepik/Lingkar.news)

ILUSTRASI: Beberapa contoh gerakan bahasa isyarat. (Freepik/Lingkar.news)

Lingkar.news – Ada banyak cara untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar kita, termasuk dengan teman tuli. Berbeda dengan cara komunikasi pada umumnya, berbicara dengan teman tuli dilakukan dengan bahasa isyarat.

Bahasa isyarat merupakan bahasa nonlisan yang disampaikan melalui bahasa tubuh seperti gerakan tangan, gerakan lengan, gerakan tubuh, dan ekspresi wajah.

Pemerintah Indonesia pun telah mendukung peningkatan penggunaan bahasa isyarat di Indonesia. Salah satunya program berita yang dilengkapi dengan penyampaian menggunakan bahasa isyarat. Pengakuan terhadap bahasa isyarat juga merupakan bagian dari pemenuhan hak-hak penyandang disabilitas yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2026 tentang Penyandang Disabilitas.

Bertepatan dengan Hari Tuli Nasional yang diperingati setiap 11 Januari, tahukah kamu kalau ada dua jenis bahasa isyarat yang digunakan dalam komunitas Tuli di Indonesia?

Dalam keseharian, bahasa isyarat yang digunakan di komunitas Tuli adalah BISINDO (Bahasa Isyarat Indonesia) dan SIBI (Sistem Bahasa Isyarat Indonesia). Meski terdengar sama, namun ternyata keduanya berbeda, lho. Yuk simak ulasannya berikut ini;

Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI)

Sistem isyarat bahasa Indonesia (SIBI) merupakan turunan dari bahasa isyarat Ameika (American Sign Language) yaituberupa 26 ejaan jari yang menunjukkan 26 huruf alfabet dengan menggunakan satu tangan. Dua puluh empat tanda alfabet berupa gerakan statis, sedangkan dua tanda lainnya yakni huruf J dan Z berupa gerakan dinamis. SIBI biasanya digunakan sebagai pengantar komunikasi pada kurikulum sekolah luar biasa (SLB).

Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO)

Berbeda dengan SIBI, BISINDO lebih dinamis karena ia muncul secara alami dikelompok masyarakat Tuli dan dibuat oleh penutur asli. Perbedaan yang sangat kentara, pada BISINDO menggunakan gerakan kedua tangan untuk mengisyarakatkan abjad. Selain itu, BISINDO mengandung kosa kata isyarat yang simbolis.

Pola Linguistik SIBI dan BISINDO

SIBI memiliki struktur dan tata bahasa yang lebih terstandarisasi. SIBI dikembangkan dengan tujuan untuk digunakan di berbagai wilayah di Indonesia, SIBI mencoba menciptakan konsistensi dalam penggunaan bahasa isyarat. Pemerintah juga telah membakukan Kamus Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) melalui Keputusan Mendikbud No. 0161/U/2994 tanggal 30 Juni 1994 tentang Pembakuan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia.

Isyarat BISINDO cenderung lebih bebas dan mengikuti pola linguistik yang muncul secara alami di kalangan komunitas tunarungu. Ini dapat mencakup variasi regional dalam kosakata dan tata bahasa. Sehingga setiap daerah memungkinkan memiliki bahasa isyarat yang berbeda.

Kendati tidak memiliki pengakuan resmi pemerintah, BISINDO diakui dan digunakan secara luas di kalangan komunitas tunarungu.

BISINDO Diusulkan sebagai pengganti SIBI

Pada 2014, Gerakan untuk kesejahteraan tuna rungu Indonesia (Gerkatin) mengusulkan agar BISINDO secara resmi menjadi pengganti SIBI namun hingga saat ini belum ada keputusan.  

Seperti dikatakan oleh Ketua 1 DPP Gerkatin pada saat itu, Juniati mengatakan bahwa SIBI kurang efektif dijadikan bahasa resmi untuk teman Tuli.m

“SIBI yang memakai sistem kata-kata imbuhan sangat tidak efektif bagi kami (teman tuli), dibanding dengan BISINDO yang merupakan bahasa isyarat sejak lahir atau berkembang secara alamiah,” kata Ketua I DPP Gerkatin Juniati dikutip dari Antara.com.

Menurut Juniati, pemerintah membuat kamus SIBI dan kemudian menjadikannya sebagai pengantar dalam pendidikan, yang menurut Junianti justru mengadopsi American Sign Language dan tidak dimengerti oleh tuna rungu. (Lingkar Network | Lingkar.news)

Exit mobile version