Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan berharap penyelenggaraan Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 dapat mendorong kesadaran generasi muda terkait krisis iklim. Harapan ini disampaikan dalam konferensi pers terkait ISF 2024 di Jakarta pada Kamis (5/9), di mana Luhut mengungkapkan antusiasme masyarakat terhadap acara ini meningkat tajam dibandingkan tahun sebelumnya.
Dalam kesempatan tersebut, Luhut menyebutkan bahwa forum internasional ini dihadiri hampir 11.000 peserta, sebuah lonjakan signifikan dari acara pertama ISF pada tahun 2023. “Ini ISF tahun kedua dan saya senang sekali penyelenggaraan ini berhasil. Peserta yang mendaftar jauh lebih banyak dari tahun lalu. Tahun ini hampir 11.000 peserta,” ujar Luhut dengan optimisme.
Lebih lanjut, Luhut menyampaikan harapannya agar generasi muda semakin banyak yang tertarik dan terlibat dalam isu-isu terkait perubahan iklim. Menurutnya, forum seperti ini menjadi kesempatan penting bagi anak muda untuk memahami lebih dalam mengenai krisis iklim dan berkontribusi secara aktif. “Saya berharap lebih banyak lagi generasi muda yang bergabung dan tertarik lebih dalam mengenai penanganan krisis iklim, bergabung mengenai isu-isu ini,” ucapnya.
Sebagai contoh, Luhut menyebut Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin, yang menurutnya memiliki peran besar dalam penanganan krisis iklim. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi generasi muda dalam isu-isu keberlanjutan sangat diharapkan oleh para pemimpin nasional.
Keberhasilan ISF dan Harapan Menko Marves
Keberhasilan ISF 2024 tidak hanya diukur dari jumlah peserta yang hadir, tetapi juga dari peluang yang tercipta untuk mengadakan acara yang lebih besar di masa mendatang. Luhut mengisyaratkan kemungkinan menjadikan ISF sebagai acara tahunan yang lebih terorganisir dan melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan. “Dengan keberhasilan ISF 2024, tidak menutup kemungkinan bahwa ISF tahun depan akan dilaksanakan di lokasi yang lebih besar, bahkan dijadikan suatu acara tahunan,” jelasnya.
Selain itu, Luhut juga menyebut Bali sebagai salah satu lokasi potensial untuk pelaksanaan ISF di masa depan. Pulau Dewata yang telah dikenal sebagai salah satu destinasi wisata dunia, menurut Luhut, akan memberikan nuansa yang lebih besar dan global pada acara ini. Ia juga menyinggung pentingnya perencanaan dan pengelolaan yang lebih baik, bukan hanya untuk acara ISF, tetapi juga untuk Bali itu sendiri, termasuk dalam konteks pariwisata yang ramah lingkungan.
Forum Kolaborasi Internasional
Dalam forum ini, tidak hanya pemerintah Indonesia yang terlibat, tetapi juga banyak pemangku kepentingan dari luar negeri. Deputi Rachmat menekankan bahwa ISF 2024 akan menjadi salah satu forum penting yang mempertemukan negara-negara maju dan negara berkembang dalam mencari solusi bersama terkait penanganan krisis iklim.
“Kami berharap acara ini akan menghasilkan solusi konkrit yang mendukung berjalannya tuas finansial dan non-finansial, mencakup teknologi, sumber daya manusia, kebijakan, serta kolaborasi internasional,” ujar Rachmat. Ia juga menyoroti pentingnya keterlibatan komunitas global dalam diskusi ini untuk menciptakan dampak yang nyata.
Acara ISF 2024 ini juga mendapatkan kehormatan dihadiri oleh Presiden Joko Widodo dan beberapa menteri dari negara tetangga, menandakan pentingnya acara ini sebagai platform internasional. Selain itu, kehadiran para pemimpin dunia, akademisi, serta penggiat isu keberlanjutan semakin memperkuat posisi ISF sebagai acara internasional yang berpengaruh.
Rachmat menambahkan bahwa peserta yang hadir di ISF 2024 meningkat empat kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, menunjukkan bahwa perhatian terhadap isu keberlanjutan semakin meningkat. “Tahun ini naik lebih dari empat kali lipat dan mendapat kehormatan acara ini dihadiri Presiden Joko Widodo dan juga beberapa menteri, termasuk menteri negara tetangga. Artinya, acara kita semakin dianggap sebagai acara internasional, dan kita harus mempertahankan ini serta mengadakan ISF selanjutnya lebih baik dari tahun ini,” paparnya.
Tantangan dan Kesempatan dalam Penanganan Krisis Iklim
Krisis iklim merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dunia saat ini. Berdasarkan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), emisi gas rumah kaca global terus meningkat, dan tanpa tindakan yang signifikan, dampak perubahan iklim akan semakin parah. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan kekayaan alam yang melimpah, berada di garis depan dalam menghadapi tantangan ini. Perubahan iklim tidak hanya mempengaruhi sektor lingkungan, tetapi juga sektor ekonomi dan sosial.
Forum seperti ISF menjadi penting karena memfasilitasi diskusi antara negara-negara yang berbeda mengenai solusi yang dapat diterapkan di berbagai sektor, termasuk teknologi hijau, penggunaan energi terbarukan, dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Dalam konteks ini, Luhut menekankan pentingnya partisipasi generasi muda sebagai agen perubahan.
Melalui ISF 2024, Indonesia berkomitmen untuk memperkuat upaya global dalam mengatasi perubahan iklim, baik melalui kebijakan nasional maupun kerja sama internasional. Partisipasi hampir 11.000 peserta mencerminkan bahwa semakin banyak individu dan organisasi yang peduli terhadap keberlanjutan, baik dari sektor publik maupun swasta.
Keberhasilan ISF 2024 menjadi momentum penting bagi Indonesia untuk memimpin dalam upaya global melawan krisis iklim. Dengan terus berkolaborasi dengan negara-negara lain dan melibatkan generasi muda, Indonesia dapat menjadi contoh dalam pembangunan berkelanjutan yang memperhatikan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.