DEPOK, Lingkar.news – Koordinator Lembaga Riset dan Penelitian Indonesia, George Kuahaty menyebutkan, bahwa di antara nama-nama figur yang dapat menentukan arah dan peta politik Indonesia pada 2024 adalah Kepala Staf Kantor Presiden, Moeldoko bisa menjadi “kuda hitam” di Pilpres 2024.
“Moeldoko, menjadi pembicaraan para elite dan jurnalis pasca-Rakernas Projo, di Magelang, Jawa Tengah. Kendati masih spekulasi, tetapi sudah banyak pengamat yang membahas soal Moeldoko,” kata George Kuahaty dalam keterangannya, Senin (13/06).
Dia mengemukakan, bahwa profil Moeldoko menarik untuk dicermati. Berbeda dengan nama bakal calon presiden seperti Ganjar Pranowo yang sudah biasa menjadi pembahasan, nama Moeldoko sempat leading di era Pilpres 2019 lalu sebagai cawapres Jokowi.
Meski pada akhirnya, Jokowi beserta partai koalisi pendukung mendapuk Ma’ruf Amin. Terpilihnya Ketua Umum MUI tersebut, akibat isu bernuansa agama yang menyerang figur Jokowi. Ma’ruf Amin dianggap sebagai peredam tuduhan tersebut.
George juga menuturkan, hasil survei Lembaga Survei Nasional (LSN) Februari lalu yang menyebut nama Moeldoko meraih elektabilitas pada posisi 2,5 persen. Ini artinya, nama Ketua Umum HKTI tersebut masih masuk hitungan.
“Ini artinya, nama Ketua Umum HKTI tersebut masuk hitungan. Menurut LSN, elektabilitas yang diperoleh Moeldoko murni karena hasil dari kemampuan, prestasi dan pengalaman dalam mengelola pemerintahan, tanpa adanya pengaruh atau naungan sosoknya di partai politik. Posisi Moeldoko juga diuntungkan lantaran dia berlatar belakang militer,” jelasnya.
Menurutnya, selama menjabat KSP, Moeldoko selalu merespons isu-isu negatif yang ditujukan kepada pemerintahan Jokowi-Ma’ruf. Dia menyebut, selama dua periode jabatannya sebagai KSP, Moeldoko terlihat pasang badan yang menunjukkan loyalitasnya kepada pemerintahan Jokowi-Ma’ruf.
Dia menilai, bahwa Moeldoko bukanlah tentara serampangan. Profil militer yang berpendidikan menunjukkan kapasitas dan kapabilitasnya sebagai negarawan. Hal itu ditunjukkan dengan mendirikan Islamic Centre di Raya Kayen, Bandar Kedungmulyo, Jombang, Jawa Timur, sebagai bentuk gerakan sosial keagamaannya yang masih ia tekuni, selain mengembangkan pertanian dan pangan selaku Ketum HKTI.
“Sampai sekarang citra Moeldoko masih tegas, bersih, nasionalis, sisa penguatan imej chemistry Moeldoko dengan Jokowi sudah terbangun cukup lama. Ibarat wild card politik, Moeldoko bagaikan misteri yang harus diikuti. Dapat saja menjadi ‘kuda hitam’ yang memutar fakta semua analisis politik dalam dua tahun ke depan,” pungkas George. (Lingkar Network | Lingkar.news)