Lingkar.news – Sering menjuarai Lomba Macapat, menghantarkan Umi Hafifah tertarik untuk menjadi seorang sinden.
Umi Hafifah yang akrab disapa Umi mulai berlatih mengolah vokal setelah dirinya juara 1 Lomba Macapat se-Kabupaten Ponorogo.
Umi mengatakan, dirinya menekuni dunia sinden sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
Dirinya telah menyabet banyak juara lomba Nembang Macapat. Karena hal itu, ia mendapatkan banyak tawaran untuk pentas bersama Dalang Gatot Purnomo.
“Saya mulai kelas 4 SD dapat juara 1 lomba Nembang Macapat, kelas 5 SD saya diajak wayangan pertama kali dengan Dalang Gatot Purnomo. Akhirnya dari situ saya terus diajak pentas sampai kelas 2 SMP,” ungkap gadis cantik kelahiran Ponorogo, 1 Mei 2004 ini.
Dikatakan, setelah duduk di bangku SMP dirinya bergabung menjadi sinden bersama Grup Karawitan Madhangkara Surakarta dengan Dalang Ki Cahyo Kuntadi.
“Kelas 2 SMP saya ceritanya nyumbang lagu di suatu pagelaran wayang. Nah setelah itu diajak lah saya untuk ikut nyinden di Grup Madhangkara itu sampai sekarang,” imbuh Umi.
Umi mengaku, setelah menjuarai banyak lomba nembang macapat dirinya terus aktif berlatih karawitan. Menurutnya menjadi sinden merupakan hal yang menyenangkan.
Mengenal Siti Warisatul Mahmudah, Ibu Rumah Tangga yang Jago Nyanyi Sekaligus Qori’
“Dan yang membuat saya tertarik itu karena sindenan itu enggak cuma satu versi atau satu gaya saja. Banyak sekali gaya-gaya sindenan seperti gaya Surakarta, gaya Yogyakarta, Jawa Timuran dan lain sebagainya. Dan itu yang membuat saya tertarik untuk belajar sindhen,” ujarnya.
Umi menuturkan, meski tidak ada darah sinden dalam keluarganya, namun dirinya bertekad terus mendalami dan mempelajari dunia sinden. Bahkan, Umi juga mempunyai cita-cita menyalurkan bakatnya tersebut kepada generasi muda sebagai bentuk nguri-uri budaya.
“Harapannya bisa belajar lebih dalam lagi tentang ilmu-ilmu sindenan, bisa mempraktekkan dan bisa menyalurkan ilmu sindhenan sehingga dapat bermanfaat untuk generasi yang akan datang,” pungkasnya. (Lingkar Network | Arvian Maulana – Koran Lingkar)