KUDUS, Lingkar.news – Bagi sebagian besar mahasiswa, berjualan atau menjajakan dagangan ke teman-temannya dan dosen merupakan hal yang sulit dilakukan. Namun berbeda dengan Nihayatul Azizah, mahasiswi jurusan PIAUD IAIN Kudus itu percaya diri berjualan di lingkungan kampus.
Perempuan yang akrab disapa Aya itu, kini tengah memasuki semester akhir dan mempersiapkan diri untuk proses wisuda. Sambil menunggu wisuda, ia mengisi waktunya dengan bekerja ikut orang berjualan pentol di depan kampus.
“Keseharian akhir-akhir ini memang jualan, soalnya kalau di kosan terus itu bosan. Jadi saya cari sampingan buat tambah-tambah. Lagi pula masih bisa disambi ngerjain skripsi juga, jadi bimbingan dulu habis itu kerja,” ungkapnya.
Bagi Aya, semua pekerjaan adalah sama saja, yang penting halal dan tidak merugikan orang lain. Bahkan dengan bekerja dan berdagang, ia bisa menghasilkan uang yang bisa digunakan untuk meringankan biaya kuliah dan kebutuhan hidupnya selama tinggal di Kudus.
“Meskipun tidak 100% cukup untuk bayar kuliah, paling tidak bisa meringankan, jadi tidak bergantung sama orang tua sepenuhnya. Sedangkan buat jajan dan refreshing, masih bisa pakai uang sendiri,” sambung perempuan kelahiran Cilacap, 09 September 1998 itu.
Sejak SMA, Aya memang sudah terbiasa berjualan menjajakan dagangannya ke teman sekolahnya. Ia tak merasa malu. Ia justru sangat percaya diri, karena meyakini tidak semua orang bisa melakukan apa yang ia kerjakan.
Aya rela berjualan apa saja asalkan halal dan cukup untuk mengganti biaya hidupnya di Kudus. Mulai dari jualan pulsa, token listrik, baju, kerudung, jualan sambal hingga menawarkan ke dosen-dosen juga pernah ia lakukan.
“Kalau jualan malah sejak SMA dulu, jadi sudah terbiasa dan lebih mandiri, kalau mau beli apa-apa bisa pakai uang sendiri,” katanya.
Lebih lanjut, Aya merasa mendapat banyak pengalaman dari hasil usahanya itu. Meskipun tak seberapa, ia berupaya menjadi sosok yang lebih mandiri dan tidak selalu bergantung pada orang lain. Apalagi selama tinggal di perantauan Kota Kudus, ia selalu berusaha untuk tidak meminta uang kepada orang tua kecuali untuk kebutuhan mendesak.
“Saya memang dari keluarga sederhana di kampung. Bahkan waktu awal-awal kuliah, saya dibiayai oleh saudara dengan syarat harus membantu pekerjaan sampingan sambil kuliah. Hal itu saya jalani sampai semester lima dan setelah itu saya berusaha mencari penghasilan tambahan, supaya orang tua juga tidak terlalu berat menanggung kuliah saya,” jelasnya.
Meskipun begitu, ia tak sampai berkecil hati. Ke depan Aya berharap setelah lulus kuliah dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat dari kuliah sambil membuat usaha kecil-kecilan sebagai sampingan.
“Sebelum kuliah saya pernah mengajar di TK, dan nanti setelah wisuda pengin kembali ngajar karena sesuai dengan prospek di prodi PIAUD. Selain itu, saya juga ingin membuka usaha sebagai pekerjaan sampingan, karena saya tipe orang yang mudah jenuh kalau tidak ngapa-ngapain di rumah,” pungkasnya. (Lingkar Network | Hasyim Asnawi – Koran Lingkar)