Lingkar.news – Bermula suka menulis dan menggambar sejak kecil, Velicha Elenagaretha Ami (22) berhasil menyabet Juara 1 Tingkat Nasional Karya Tulis Ilmiah yang diadakan oleh Profesor Gunawan Tjahjono.
Mahasiswi Universitas Katolik (UNIKA) Soegijapranata ini mengaku bercita-cita menjadi arsitek yang mengulas beragam arsitektur di Indonesia.
Sejak kecil Icha sapaan akrabnya, mengaku mempunyai ketertarikan di bidang menggambar dan melukis.
Ia juga hobi menulis dan sering mengikuti lomba karya ilmiah sejak duduk di bangku SMA. Berbagai penghargaan pun pernah diraihnya. Untuk menambah ilmu sesuai dengan minatnya, Icha mengambil jurusan Arsitektur ketika kuliah.
Menurutnya, bidang ilmu arsitektur tidak hanya sebatas pada rumpun keilmuan tentang desain. Tetapi juga terkait dengan karya tulis. Kolaborasi kedua bidang ini harapannya bisa mengupas sisi lain dari arsitektur yang menarik serta memberikan perspektif baru di dunia arsitektur. Terutama untuk kalangan muda.
“Karena sejak kecil aku tertarik di bidang menggambar dan menulis. Akhirnya masuklah ke jurusan Arsitektur untuk menambah ilmu,” jelasnya.
Gadis berusia 22 tahun ini mengatakan, risetnya yang berhasil menyabet juara adalah meneliti tentang mitigasi kebencanaan dalam tata ruang di Kabupaten Alor, NTT. Khususnya di desa adat, yakni Kampung Takpala.
Untuk menyelesaikan risetnya, putri dari Ermawati dan Yustianus ini berkunjung langsung ke NTT selama tiga bulan.
Namun, ia hanya mempunyai waktu satu hari untuk melakukan riset di Kampung Takpala. Dari sana ia sadar akan keindahan arsitektur di Indonesia yang belum terjamah banyak orang. Seperti di Kampung Takpala ini. Meski daerahnya intens mengalami bencana, terutama gempa. Akan tetapi, pertumbuhan permukimannya berkembang pesat.
“Menariknya meski sering dilanda bencana, tidak muncul kepanikan di masyarakat. Malah perkembangan pemukiman perkampungan ini tumbuh dengan pesat,” tambahnya.
Berdasarkan data riset yang dikaji, tata ruang Kampung Takpala ini terdiri dari beberapa komponen. Salah satunya Misba, yakni susunan bebatuan andesit yang disusun melingkar. Fungsinya sebagai area persembahan dan upacara adat.
Keindahan topografi pegunungan dan keindahan alam bawah laut inilah yang menjadikannya termotivasi untuk mengekspos keindahan Indonesia. Terutama di pelosok negeri.
“Masih banyak arsitektur di Indonesia yang belum terekspos, dari sini saya akan memperkenalkan arsitektur tersebut. Tidak hanya dalam bentuk desain tetapi juga karya ilmiah,” tutupnya. (Lingkar Network | Adimungkas – Koran Lingkar)