Lingkar.news – Tumbuh tanpa memiliki kemampuan mendengar, tak membuat Sri Murni minder. Justru ia mampu membuktikan bahwa seorang tunarungu pun dapat menjadi sosok inspiratif.
Meski tidak dapat mendengar, ia mampu melenggok membawakan sejumlah tarian tradisional dari panggung ke panggung sebagai penari daerah.
Dara asli Pati itu telah mengikuti berbagai ajang menari. Baik acara lomba maupun pentas biasa yang diadakan sejumlah instansi.
Namun perjalanan perempuan yang akrab disapa Murni tersebut sebenarnya tidak mudah. Awalnya ia berlatih berjalan dan berlenggang di Cat Walk di berbagai acara. Barulah pada tahun 2020 ia diminta untuk menari.
“Pertama-tama memang modeling, tapi kok luwes. Hingga diajarilah tari dan akhirnya diajukan dalam beberapa lomba. Dan ternyata Murni bisa dan akhirnya dipanggil terus,” ujarnya kepada tim Koran Lingkar melalui penerjemah bahasa isyarat beberapa waktu lalu.
Bagi Murni sendiri, menari adalah kebahagiaan yang tiada tara. Tidak hanya sebagai wadah untuk melepaskan diri serta meluapkan ekspresi dirinya saja. Tapi ia merasa menemukan sejumlah teman setelah dirinya tekun menari.
“Aku senang setelah menari, merasa ada wadah, karena selama ini diam terkungkung. Karena ada nari jadi bisa ekspresi dan bilang ke dunia, ini lho aku bisa. Tidak hanya penyandang disabilitas, tapi aku bisa melakukan sesuatu. Aku juga melakukan sesuatu tidak hanya dengan rata-rata, tapi juga melakukan dengan baik,” terangnya.
Kebahagiaan bahkan tidak hanya untuk diri gadis berusia 21 tersebut. Menari juga membawa kebanggaan tersendiri bagi orang tua Murni yang terus memberi dukungan kepada dirinya.
“Ibu juga senang anaknya punya bakat terpendam saat ini. Senang kalau anaknya mau berusaha sampai luwes, senang kalau dia berprestasi dan menang lomba di mana-mana,” imbuhnya.
Saat disinggung mengenai kenangan paling membekas saat menari, Murni menyebutkan saat latihan di tahun 2021. Penggemblengan saat latihan yang akhirnya bisa membuatnya terus maju adalah hal termanis yang diceritakan oleh Murni saat menari.
“Mau lomba di sini, pada tahun 2021. Paling berkesan, guru tarian Pak Teguh, digembleng Pak Teguh. Karena dari 0 sampai lancar. Itu yang paling saya kenang,” kenangnya.
Hingga saat ini sendiri Murni telah menguasai tiga hingga empat tarian tradisional. Sedangkan dalam proses menarinya sendiri metode yang digunakan olehnya berupa hitungan ketukan.
Selain itu, ia juga sering belajar dari menonton maupun praktik langsung dari guru yang memeragakan beberapa gerakan tarian. (Lingkar Network | Aziz Afifi – Koran Lingkar)