Lingkar.news – Siti Yuniariyah bisa merasakan manisnya perjuangan merintis usaha sendiri. Tekad kuatnya untuk tidak membebani orang tua menjadi semangatnya untuk melakukan bisnis dan jualan apa saja. Baginya, menjadi seorang pebisnis muda lebih baik daripada memilih bekerja menjadi buruh ikut orang lain.
Yuni, sapaan akrabnya, merintis usaha berjualan barang-barang kosmetik dan aksesoris semenjak kelas 2 SMA. Perempuan berhijab kelahiran Rembang, 24 Mei 2001 itu berusaha menghasilkan uang dari usahanya sendiri guna mencukupi biaya hidup sehari-harinya.
Yuni mengaku lahir dari keluarga sederhana, sehingga ketika ingin membeli sesuatu atau pergi liburan harus memutar otak supaya tidak merepotkan orang tua. Bisnis yang ia awali dengan berjualan baju, aksesoris, tas, skincare, hingga dekorasi aksesoris rumah kini sudah berkembang.
“Alhamdulillah, banyak manfaatnya saya berjualan, sekarang punya penghasilan sendiri dan tidak minta orang tua,” ujarnya penuh syukur.
Ia menceritakan, uang saku yang diberikan orang tua tidak seberapa sewaktu masih sekolah. Sehingga ia memutuskan untuk merintis bisnis dan mulai mengenalkan jualannya ke teman-teman. Kini, bisnisnya sudah cukup terkenal, bahkan bisa membanggakan orang tuanya dari hasil usahanya.
“Kadang sesekali saya ajak beli makan, liburan atau jalan-jalan dari hasil usaha saya, ada kebanggaan tersendiri ketika kita bisa memberikan sesuatu ke orang tua,” bebernya.
Mahasiswa yang saat ini masih menginjak studi Pengembangan Masyarakat Islam di IAIN Kudus itu saat ini juga mencoba merintis bisnis hampers dan jasa desain grafis. Menurutnya, sekarang ini ketika ada momen wisuda atau sidang skripsi, banyak mahasiswa yang memesan ke dia.
Selain itu, ia juga menjadi reseller dari beberapa perusahaan seperti produk Alammu Parijotho. Ia menjualnya di marketplace dengan berbagai produk misalnya sirup, teh, permen, kombucha dan sebagainya.
Padahal, kata Yuni, awalnya ia hanya bermodal uang Rp 250 ribu untuk merintis usaha. Terbukti, bahwa usaha Yuni bisa berkembang bukan karena sedikit banyaknya modal, melainkan tekad dan usahanya.
“Saya memang tidak tertarik bekerja ikut orang, lebih baik bangun usaha kecil-kecilan, dan hasilnya bisa kita rasakan sendiri,” akunya. (Lingkar Network | Koran Lingkar)