Lingkar.news – Mahasiswi Ekonomi Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) ini mengaku sangat senang bisa ikut teater sejak awal kuliah hingga saat ini.
“Awal mula masuk kuliah gak kepikiran mau ikut teater, tapi emang dasarnya aku orangnya pengen tau banyak hal, ya akhirnya aku asal coba ikutan teater,” tuturnya.
Engellice Pramesti atau biasa disapa Angel ini mulai merintis aktivitasnya mulai dari kru lighting, aktor, bahkan hingga menjadi sutradara atau director.
“Awal dapet buat pentas besar, aku tu jadi kru lighting. Soalnya pas aku casting ga lolos karena belum sesuai dengan kebutuhan peran,” ceritanya.
Seiring berjalannya waktu, Angel mengikuti casting lagi dan menjadi pemeran utama berpartner dengan Lutfi Gembenk (pemain band Serempet Gudal) dengan sutradara Adib Fadli.
“Itu pengalaman pertama ngerasain pentas ditonton banyak orang sih. Dari situ mulai ketagihan buat mengasah skill lagi di bidang seni peran. Hal unik itu waktu awal latihan ke aktoran juga kan gak gampang ya, kaget juga ternyata harus latihan fisik berbulan-bulan dan melatih vokal, minum brotowali itu yang pahit banget sih, sama ngunyah kencur juga biar suaranya bersih,” papar Angel.
Usai merasakan pentas pertamanya, dirinya naik menjadi aktor mengikuti lomba monolog di Semarang dengan membawa naskah berjudul “Demokrasi” dan disutradarai Fajar Leksono (Cepot).
Lanjut diberi kesempatan untuk menampilkan bakatnya di Parade Monolog Perempuan di Salatiga. Sampai ke Pentas Penarikan Masa (pentas pembuka untuk menyambut mahasiswa baru) dan masih banyak lagi.
Lepas dari keaktoran, dirinya pun naik untuk menjajaki menjadi sutradara, di sana ia mulai rutin untuk menulis naskahnya sendiri. Melakukan riset dengan membaca banyak buku hingga akhirnya menemukan buku berjudul “Bunga Terakhir”.
“Jadi di Bunga Terakhir itu menceritakan perjuangan para wanita dalam 3 periode yakni masa penjajahan, masa kemerdekaan, dan masa orde lama. Uniknya di situ aku sampai datengin kantor PKK buat nyari tau data, sejarah, pendirinya sampai masuk ke museumnya di daerah Ungaran,” tambahnya.
Pencapaian terbesarnya semasa di seni peran keteateran hingga kini yakni dirinya dapat membuat pentas besar sendiri dengan tiket yang habis terjual hingga penonton tak dapat melihat meski sudah datang ke venue.
“Yang bikin imajinasiku mulai dari pikiran dan tenaga, semuanya tak curahin di situ. Di mana buat bikin naskah aku harus baca buku-buku yang nyeritain masa-masa dulu, terus dikuratorin itu di hari pertama sebelum disajikan ke banyak penonton di sana. Itu konsepnya ‘kan kayak di film Lala Land sama Night at The Museum, jadi adegan naskah, koreo-nari, bikin lirik untuk lagunya, perpindahan ruang dan waktu, itu juga aktornya yang lakuin,” tandas Angel menyebutkan pencapaian terbesarnya hingga ini. (Lingkar Network | Koran Lingkar)