Lingkar.news – Batik tulis asal Lasem, Kabupaten Rembang atau yang biasa dikenal dengan Batik Lasem bakal menjadi souvenir atau cinderamata dalam Tourism Working Group yang merupakan salah satu bagian dari rangkaian acara G20. Kain batik tulis khas Lasem yang khusus dipesan itu nantinya akan digunakan sebagai syal atau selendang.
Salah satu pengrajin batik yang terpilih untuk memproduksi cinderamata itu adalah batik tulis Lasem Pusaka Beruang. Pemilik batik itu merupakan hasil kolaborasi antara Asia Pacific Rayon (APR) Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha dan para perajin Batik Lasem.
Pemilik usaha batik tulis Lasem Pusaka Beruang Santoso Hartono mengaku sangat terhormat dan bangga bisa menjadi salah satu pengrajin yang terpilih untuk menyediakan souvenir bagi para delegasi G20. Batik tulis lasem buatannya yang akan digunakan untuk syal oleh para Menteri yang hadir dalam acara tersebut.
Batik tulis Lasem yang dipesan untuk acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 itu sejumlah 100 potong kain. Sementara untuk bahan kain dan desain batik sudah ditentukan dan dipasok oleh pihak penyelenggara, dikarenakan batik tulis Lasem diperuntukan untuk syal atau selendang, bahan kain nya pun berbeda dengan batik tulis Lasem yang mayoritas dibuat sebagai pakaian. Sehingga bahan kain batik tulis Lasem yang digunakan harus lebih lembut dan halus.
Proses pembuatan satu helai kain batik tulis Lasem membutuhkan waktu lebih dari satu Minggu. Mulai dari proses awal menggambar pola, hingga proses pewarnaan dan pengeringan. Untuk proses pewarnaan, menggunakan bahan pewarna alami yang didapat dari jenis tanaman tertentu. Pewarnaan alami dipilih karena selain ramah lingkungan, hasil warna yang tercipta juga lebih kalem atau lembut dan aman untuk digunakan.
1 lembar kain batik tulis Lasem yang dipesan harganya kurang lebih senilai Rp750 ribu. Besar harapannya pada momentum ini Lasem yang ditetapkan sebagai kota pusaka bisa semakin dikenal dunia melalui kerajinan batik tulis Lasem. (Lingkar Network | Lingkar.news)