Pati, Sejumlah rumah di Dukuh Guyangan, Desa Purworejo, Kecamatan/Kabupaten Pati, mengalami keretakan pada Sabtu malam, 7 September 2024. Kuat dugaan, keretakan tersebut diakibatkan adanya penurunan debit air di Sungai Silugonggo karena musim kemarau panjang.
Akibatnya, sebanyak 21 bangunan rumah dan kompleks ruko mengalami kerusakan. Bahkan, 3 rumah dilaporkan telah miring akibat mengalami keretakan bangunan dan hampir roboh.
Sodikhin, salah warga setempat mengungkapkan bahwa selain debit sungai yang hampir habis, pergerakan tanah di bantaran sungai juga diduga akibat adanya aktivitas alat berat yang melakukan normalisasi dan pembuatan dinding sungai.
“Mungkin karena normalisasi Kali Juwana. Kemungkinan tanahnya tergerus aliran sungai bawah tanah yang mengalir ke sungai,” ungkapnya.
Untuk menanggulangi bencana tersebut, Pemerintah Desa (Pemdes) Purworejo telah mengambil langkah dengan mengevakuasi warga yang rumahnya terdampak penurunan tanah.
Selain itu, Pemdes Purworejo juga telah menggelar rapat koordinasi bersama BBWS, Tim Pelaksana dan Pengawas Bendungan Karet, TNI, POLRI, Camat Pati, dan sejumlah warga yang terdampak bencana pada Minggu, 8 September 2024.
Berdasarkan hasil rapat, penurunan tanah tersebut disebabkan oleh kekeringan yang menurunkan debit air 1,5 meter dari titik 0 ketika kondisi normal air dari laut.
Untuk itu, Pemdes Purworejo meminta secepatnya penggelontoran air dari Bendungan Wilalung, Kudus, atau Bendungan Kedung Ombo, Grobogan.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pati, Martinus Budi Prasetya, menambahkan bahwa fenomena pergerakan tanah yang terjadi bukan karena adanya gempa megathrust.
Menurutnya, keretakan tanah di Desa Purworejo tersebut sama halnya yang terjadi pada amblasnya jalan menuju Pelabuhan Juwana akibat aktivitas alat berat.
“Kota yang di Utara Jawa itu (termasuk Pati) tetap diminta waspada meskipun barangkali tidak terdampak langsung tapi dampak tidak langsung dari bencana itu pasti akan dirasakan oleh daerah-daerah yang relatif aman,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi korban jiwa, para warga terdampak bencana diimbau untuk mengosongkan isi rumah maupun kios serta tidak tinggal di lokasi bencana untuk sementara waktu. (Arif Febriyanto – LINGKAR)