JAKARTA, Lingkar.news – Anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta, August Hamonangan, mengharapkan peran aktif Dinas Pendidikan DKI untuk mengawasi bangunan sekolah. Hal itu untuk menghindari ambruknya tembok sekolah, seperti terjadi di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 19 Pondok Labu, Jakarta Selatan akibat terjangan banjir.
“Kejadian tersebut ditambah lagi saat ini curah hujan yang tinggi harus jadi peringatan bagi Dinas Pendidikan DKI untuk memastikan bangunan sekolah di Jakarta aman,” kata August dalam keterangan di Jakarta pada Sabtu, 8 Oktober 2022.
August meminta Dinas Pendidikan (Disdik) DKI Jakarta bukan hanya memastikan kokohnya bangunan sekolah, namun juga segera melakukan mitigasi jika ada bangunan sekolah yang rentan ambruk.
Terlebih, kata August, dana rehabilitasi sekolah terkena efisiensi anggaran pernah terjadi pada Tahun Anggaran 2020. Salah satu komponen anggaran yang paling banyak dipangkas, yakni rehab total gedung sekolah.
“Ini tentu harus menjadi perhatian Pemprov DKI,” kata anggota Komisi Bidang Pembangunan DPRD DKI Jakarta tersebut.
Tiga siswa meninggal dunia akibat tembok ambruk saat banjir melanda MTsN 19, Pondok Labu, Jakarta Selatan pada Kamis, 6 Oktober 2022.
Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Isnawa Adji mengemukakan penyebab tembok pembatas gedung MTsN 19 Jakarta Selatan ambruk diduga karena kehilangan kemampuan menahan volume air dari luar sekolah.
Hal itu berdasarkan hasil kaji cepat sementara BPBD DKI terkait penyebab tembok pembatas sekolah ambruk hingga menimpa siswa yang sedang bermain di area taman sekolah tersebut.
“Karena tembok tidak mampu menahan luapan air yang terus naik oleh hujan deras yang mengguyur wilayah DKI Jakarta sejak pukul 14.00 WIB,” ujar Isnawa saat menjenguk korban yang meninggal dunia maupun yang mengalami luka-luka di RS Prikasih, Jakarta Selatan, pada Kamis 6 Oktober 2022.
Isnawa mengungkapkan, faktor lain yang diduga menjadi penyebab terjadinya genangan di lokasi kejadian adalah karena buruknya sistem drainase sehingga menyebabkan air gorong-gorong meluap.
Di samping itu, posisi sekolah juga berada di dataran rendah yang di sekitarnya terdapat saluran penghubung (PHB) Pinang Kalijati dan di belakang sekolah terdapat aliran sungai.
Tiga korban meninggal dunia karena insiden tembok ambruk di MTsN 19 adalah anak laki-laki yang baru berusia sekitar 13 tahun.
“Ketiga korban meninggal dunia Dicka Safa Ghifari, Muhammad Adnan Efendi dan Dendis Al Latif masih berusia 13 tahun,” ujar Isnawa. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)