JAKARTA, Lingkar.news – Kementerian Pertanian (Kementan) telah mengumumkan serangkaian langkah antisipatif untuk menghadapi musim kemarau panjang yang diproyeksikan berdampak signifikan pada sektor pertanian nasional.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyatakan bahwa persiapan tersebut telah dilakukan sejak Oktober 2023.
“Beberapa inisiatif yang disiapkan Kementan antara lain peningkatan infrastruktur pompa untuk pengairan lahan sawah tadah hujan, rehabilitasi jaringan irigasi tersier, optimalisasi penggunaan lahan rawa, serta peningkatan kapasitas dan manajemen waduk bendungan,” ujar Amran di Jakarta, Kamis.
Menurut proyeksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim kemarau 2024 akan berlangsung panjang, mulai Juni hingga September, dengan puncaknya pada Agustus. O
leh karena itu, Amran menekankan pentingnya segera melakukan antisipasi terhadap kinerja produksi pangan dalam negeri, termasuk dampak dari fenomena El-Nino 2023 yang masih berlanjut ke 2024.
Untuk menghadapi tantangan ini, Kementan juga menilai pentingnya mengembangkan teknologi budidaya pertanian hemat air dan memperkenalkan gerakan panen air hujan guna meningkatkan ketahanan pangan terhadap dampak kekeringan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa luas tanam padi selama periode Oktober 2023 – April 2024 adalah 6,55 juta hektar, mengalami penurunan sebesar 3,83 juta hektar atau 36 persen dibandingkan rata-rata periode yang sama pada tahun 2015-2019 yang mencapai 10,39 juta hektar. Penurunan luas tanam ini berdampak pada penurunan produksi padi nasional.
“Kementan bersama dengan stakeholder terkait akan terus mengawasi dan melaksanakan langkah-langkah kesiapsiagaan kemarau dengan cermat untuk mengurangi dampak negatif musim kemarau terhadap produksi pangan nasional dan mempertahankan ketersediaan pangan yang memadai bagi masyarakat,” kata Amran.
Saat ini, pembangunan pertanian dihadapkan pada tantangan yang semakin kompleks akibat dampak perubahan iklim ekstrem El Nino, konflik geopolitik, dan dinamika ekonomi global. Hal ini menyebabkan restriksi ekspor dari negara-negara produsen pangan, meningkatnya biaya produksi dan harga pangan, serta potensi krisis pangan.
Dalam mendukung pencapaian Indonesia Emas (IE) 2045, Kementan akan fokus pada empat program utama pada 2025: Ketersediaan, Akses, dan Konsumsi Pangan Berkualitas; Nilai Tambah dan Daya Saing Industri; Pendidikan dan Pelatihan Vokasi; serta Dukungan Manajemen.
Target produksi komoditas pertanian pada 2025 meliputi: padi sebesar 56,05 juta ton GKG, jagung 16,68 juta ton, kedelai 334 ribu ton, cabai 3,08 juta ton, bawang merah 1,99 juta ton, kopi 772 ribu ton, kakao 641 ribu ton, tebu 36 juta ton, kelapa 2,88 juta ton, daging sapi/kerbau 405,44 ribu ton, dan daging ayam 4,0 juta ton. (Lingkar Network | Anta– Lingkar.news)