Tangerang, Lingkar.news – Sebanyak 900 kepala keluarga (KK) di Kelurahan Dadap, Kecamatan Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, menurut laporan Kesatuan Perempuan Pesisir Indonesia (KPPI) Kabupaten Tangerang, Banten, menderita kesulitan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Rosita, selaku ketua KPPI Kabupaten Tangerang, pada Senin (18/11) mengatakan bahwa di daerahnya air bersih sudah sulit dicari. Untuk air minum dan keperluan mandi serta mencuci baju terpaksa harus membelinya dari pedagang agar bisa memenuhi kebutuhannya.
“Untuk warga yang saat ini krisis air itu mencakup RT 01 hingga 03 di Kampung Dadap. Warga seluruhnya beli air untuk memenuhi kebutuhan itu,” katanya.
Setidaknya terdapat tiga rukun tetangga dengan 900 kepala keluarga (KK) yang kesulitan air bersih. Dari ratusan warga pesisir ini sudah bertahun-tahun mengalami permasalahan kebutuhan air bersih tersebut.
Menurutnya, dengan kondisi dan lokasi yang sangat sulit dari sumber air menjadi dasar permasalahan yang dialami warga. Apa lagi permasalahan itu bertambah ketika ada pembangunan proyek strategis nasional yang dilakukan oleh pengembang Pantai Indah Kapuk (PIK) 2.
“Dengan kondisi ini tentunya sangat menyulitkan warga. Di mana, kami harus mengeluarkan biaya lebih untuk memenuhi kebutuhan air itu,” ujarnya.
Ia mengungkapkan sejauh ini aliran air tanah dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Tangerang jumlahnya sangat terbatas, bahkan jangkauannya belum sampai ke kawasan permukiman Kelurahan Dadap.
Kendati demikian, berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan air bersih baru mencapai tahapan respon. Di antaranya seperti distribusi air bersih melalui mobil tanki yang harus melalui proses pemesanan.
“Sekarang kalau ketersediaan air habis, kita itu bisa mengeluarkan biaya Rp35 ribu dalam sehari itu. Dan kondisi ini sudah dijalani bertahun-tahun, tetapi tidak pernah ada solusi dari pemerintah,” kata dia.
Dia berharap, ke depan pemerintah daerah agar bisa menyediakan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat, agar tidak kesulitan jika kemudian hari terjadi kemarau panjang.
“Kami berharap pemerintah bisa memperhatikan masalah lingkungan kami. Kebutuhan air bersih bisa dipenuhi agar kami tidak semakin berat menanggung beban yang diderita selama ini,” ungkap Rosita. (rara-lingkar.news)