Kemilau Ramadhan di Jaktim, Festival Bedug Lestarikan Seni Budaya Islam

Kemilau Ramadhan di Jaktim, Festival Bedug Lestarikan Seni Budaya Islam

TABUH BEDUG: Salah satu peserta menabuh bedug dalam Festival Bedug 2024. (Antara/Lingkar.news)

JAKARTA, Lingkar.news Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur menggelar Festival Bedug 2024 dalam rangka melestarikan seni dan budaya Islam, khususnya saat Ramadhan 1445 Hijriah.

Festival Bedug akan memperebutkan trofi, sertifikat, dan uang pembinaan yang mencapai puluhan juta rupiah.

Juara I mendapatkan trofi, sertifikat dan uang pembinaan Rp12.500.000; juara II mendapatkan trofi, sertifikat dan uang pembinaan Rp10.000.000 dan juara III mendapatkan trofi, sertifikat dan uang pembinaan Rp8.500.000.

Kemudian, untuk harapan I dapat trofi, sertifikat dan uang pembinaan Rp7.500.000 dan harapan II dapat trofi, sertifikat, dan uang pembinaan Rp6.500.000.

Kegiatan itu akan dimeriahkan Gambus Sabyan, bazar UMKM, dan pemberian santunan kepada anak yatim-piatu sebanyak 60 orang dari Baznas Jaktim.

Para peserta merupakan perwakilan dari 10 kecamatan di Jakarta Timur yang masing-masing kecamatan mengirimkan dua grup, sehingga total ada 20 peserta atau grup yang berpartisipasi pada Festival Bedug ini.

“Alhamdulillah kami, melaksanakan Festival Bedug dalam rangka pelestarian budaya. Bedug merupakan lambang religi umat Islam,” kata Wali Kota Jaktim, M Anwar saat membuka Festival Bedug di kantor Wali Kota Jaktim, Cakung, pada Selasa, 19 Maret 2024.

Menurut dia, kebudayaan tabuh bedug perlu dilestarikan karena saat ini mulai ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia.

“Kami tak tinggal diam. Oleh karenanya, secara berjenjang menyelenggarakan Festival Bedug dalam upaya pelestarian nilai-nilai sejarah dan budaya bangsa,” ujarnya.

Bedug merupakan instrumen musik yang telah digunakan oleh berbagai kebudayaan di belahan dunia dan dikenal sejak ribuan tahun yang lalu.

Kemudian, kata Anwar, bertransformasi menjadi bagian ritual keagamaan Islam di Indonesia.

“Bedug ditabuh sebelum dikumandangkan azan sebagai informasi telah masuk waktu sholat karena jangkauan azan yang terbatas. Saat itu pengeras suara belum ada. Jadi, kalau ada kegiatan keramaian atau keagamaan digunakan bedug.

Namun, tambahnya, dengan kemajuan teknologi, keberadaan bedug sudah mulai ditinggalkan.

Selain itu, penyelenggaraan Festival Bedug itu juga dalam rangka membangun silaturahmi antar warga dari 10 kecamatan.

“Hari ini ada 20 peserta (grup) yang ikut, bagaimana mereka bisa berinovasi keahlian mereka di bidang bedug menjadi seni dan budaya yang baik,” ucapnya.

Dia berharap, pemenangnya di tingkat Jakarta Timur bisa kembali mengharumkan nama Jakarta Timur di tingkat Provinsi DKI Jakarta karena sebelumnya pernah meraih juara satu selama tiga tahun berturut-turut.

Sementara itu, Kepala Sudin Kebudayaan Jakarta Timur Berkah Shadaya menambahkan, Festival Bedug tingkat kota Jaktim dalam memeriahkan bulan Ramadhan dan menyambut Hari raya idul Fitri 1445 H ini bertujuan melestarikan kebudayaan seni tabuh bedug.

“Ini juga dalam rangka menumbuhkembangkan kemampuan minat dan bakat masyarakat, khususnya di Jaktim,” kata Kepala Sudin Kebudayaan Jakarta Timur, Berkah Shadaya. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)

Exit mobile version