Jakarta, Lingkar.news – Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (BBPPMD- PDTT) Jakarta menyebut sorgum bisa menjadi solusi menurunkan angka stunting mengingat kandungan gizi yang tinggi.
“Sorgum punya banyak manfaat salah satunya untuk program penurunan stunting karena gizi yang cukup tinggi yang dikandung,” ujar Penggerak Swadaya Masyarakat Ahli Muda BBPPMD-PDTT Jakarta Riska Yolanda dalam seminar daring yang diselenggarakan BBPPMD Jakarta, Kamis (29/8).
Dia merinci setiap 100 gram sorgum mengandung sekitar 322 kalori, 11 gram protein, lalu 3,3 gram lemak, 73 gram karbohidrat, serat sebanyak 2,3 persen, kalsium sebanyak 28 miligram, 287 miligram fosfor, dan 4,4 miligram zat besi.
Sementara beras untuk takaran yang sama, kandungan kalorinya sebanyak 360 kalori, 7 gram protein, lemak sebanyak 6,7 gram, karbohidrat sebanyak 79 gram, 1 persen serat, 6 miligram kalsium, 147 miligram fosfor, dan 0,8 miligram zat besi.
“Jadi sorgum bisa dipakai sebagai salah satu alternatif untuk program penurunan stunting,” kata dia.
Stunting termasuk masalah kesehatan di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, angka stunting di Indonesia pada tahun 2023 tercatat sebesar 21,5 persen atau turun 0,1 persen dari tahun sebelumnya yakni 21,6 persen.
Sementara di Jakarta, hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan tahun 2022 menunjukkan prevalensi balita mengalami stunting berada pada angka 14,8 persen.
Pemerintah melakukan sejumlah upaya termasuk melakukan intervensi gizi pada ibu sebelum dan saat hamil, serta intervensi pada anak usia 6 bulan sampai 2 tahun.
Di sisi lain, Peraturan Presiden Nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting dengan lima pilar, salah satunya menyebut terkait menyediakan pangan yang baik.
Masyarakat yang diketahui telah memanfaatkan sorgum guna menurunkan angka stunting, salah satunya di Desa Klatanlo, Wulanggitang, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Budi daya sorgum dilakukan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) guna membantu warga miskin yang mengalami masalah gizi. (rara-lingkar.news)