YOGYAKARTA, Lingkar.news – Dinas Kesehatan memastikan bahwa sampai saat ini tidak ada temuan kasus penyakit polio di Kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Masyarakat diimbau untuk segera melengkapi imunisasi.
“Di Yogyakarta nol kasus. Sudah lama sekali tidak ada, karena kalau ada satu kasus saja sudah ditetapkan sebagai kejadian luar biasa,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Pengelolaan Data, dan Sistem Informasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Lana Unwanah saat dihubungi di Yogyakarta, Selasa, 9 Januari 2024.
Menurut Lana, kondisi tersebut tidak lepas dari cakupan imunisasi IPV (Inactive Polio Vaccine) dosis pertama hingga ketiga yang tergolong tinggi di Kota Yogyakarta.
Di Kota Yogyakarta, ia menyebutkan, selama tahun 2023 cakupan imunisasi IPV pertama mencapai 98,87 persen, imunisasi IPV kedua 98,29 persen, dan imunisasi IPV ketiga 97,66 persen.
“Memang (persentasenya) berbeda ya, bisa jadi karena ada yang sudah mengakses IPV pertama di bulan Desember 2023 sehingga suntik IPV kedua tidak masuk data 2023,” kata dia.
Ia menjelaskan bahwa pemberian imunisasi IPV atau vaksin polio suntik dosis pertama hingga ketiga pada anak usia dua bulan, tiga bulan, dan empat bulan lebih efektif ketimbang vaksin polio oral (OPV).
“Kalau di daerah lain IPV-nya hanya satu kali terus yang lainnya masih oral,” katanya.
Menyusul temuan kasus lumpuh layu akut akibat infeksi virus polio tipe dua di Klaten, Jawa Tengah, Lana mengimbau seluruh warga Kota Yogyakarta yang memiliki bayi meningkatkan kewaspadaan dengan segera mengakses layanan imunisasi IPV bagi anak mereka.
Dia berharap cakupan imunisasi IPV pertama hingga ketiga di Kota Yogyakarta bisa mencapai 100 persen sehingga anak-anak bisa terlindung dari infeksi semua varian maupun tipe virus polio.
Lana menyampaikan bahwa pelayanan imunisasi IPV tersedia di seluruh puskesmas di Kota Yogyakarta dan dapat diakses secara gratis.
“Karena polio itu misalkan sampai terjadi kelumpuhan itu kan permanen, kasihan si anak di sepanjang sisa usianya,” kata dia.
Selain dengan imunisasi, dia menyampaikan, penularan virus polio dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
“Tidak buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun setelah buang air besar, kemudian saat akan makan dan setelah makan,” katanya.
Kementerian Kesehatan mencatat temuan kasus lumpuh layu akut pada 20 dan 22 Desember 2023 serta 4 Januari 2024 di wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Lumpuh layu akut tercatat diderita oleh seorang anak perempuan berusia enam tahun yang sudah dua kali mendapat imunisasi polio tetes, seorang anak lelaki usia satu tahun 11 bulan yang sudah dapat imunisasi lengkap tetapi mengalami malnutrisi, serta seorang anak lelaki usia tiga tahun satu bulan dengan riwayat imunisasi polio tetes empat kali dan suntik satu kali.
Temuan kasus lumpuh layu akut akibat infeksi virus polio tersebut mendorong Kementerian Kesehatan mencanangkan pelaksanaan sub-pekan imunisasi nasional polio atau Sub PIN Polio di semua wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur serta Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Karena Sleman dianggap berdekatan dengan Klaten. Selain Sleman, di DIY tidak ada (Sub PIN Polio),” kata Lana. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)