GUNUNGKIDUL, Lingkar.news – Penyebaran penyakit mulut dan kuku atau PMK kembali meningkat, termasuk di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Lalu lintas ternak saat ini pun diperketat untuk mencegah perluasan penyakit pada hewan ternak tersebut.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, mengatakan pihaknya kini mengintensifkan pemeriksaan dan pengawasan lalu lintas hewan ternak di Pasar Hewan Siyonoharjo Playen dan Pasar Munggi Semanu.
“Setiap hari pasaran, petugas DPKH Gunungkidul mengawasi Pasar Hewan Siyono dan Pasar Munggi,” kata Wibawanti, Senin, 13 Januari 2025.
Pengawasan dilakukan di pintu masuk dan kendaraan ternak, guna meminimalisir virus dan mengantisipasi penularan PMK, LSD, dan antraks.
“Selain memberikan pelayanan pengecekan kebuntingan, kami melakukan pengawasan keluar masuk pasar hewan,” ucapnya.
Wibawanti mengatakan DKPH Gunungkidul tidak bisa melakukan pengawasan di pos-pos lalu lintas ternak keluar dan masuk ke Gunungkidul, karena bukan kewenangannya. Di pos lalu lintas ternak di Bedoyo dan Ngawen menjadi kewangan Pemprov DIY.
“Kami hanya bisa minta tolong ke mereka untuk melakukan pengawasan secara intensif,” katanya.
Seperti diketahui, data PMK di Gunungkidul dari Dinas Peternakan Kesehatan Hewan yakni sapi yang terjangkit PMK berjumlah 893 ekor dan 68 sapi diantaranya mati.
Untuk itu Wibawanti mengimbau peternak dan penyedia jasa angkut ternak untuk selalu melalukan disinfektan mengantisipasi penyebaran PMK.
Virus PMK ini mudah menempel, kata dia, mulai dari mobil pengangkut hingga baju, sehingga semua yang terhubung dengan PMK harus didisinfeksi.
Selama ini kesadaran melakukan disinfektan masih rendah. Karena virus ini tidak kelihatan, sehingga masyarakat tidak melakukan cuci tangan dan disinfeksi.
“Ini berjibaku untuk penanganan PMK. PMK dan Covid-19, penularannya hampir sama,” katanya. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)