2 Embung di Imogiri Belum Mampu Hambat Banjir di Bantul

2 Embung di Imogiri Belum Mampu Hambat Banjir di Bantul

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mendampingi Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq saat kunjungan kerja ke Embung Imogiri 2 di Wukirsari, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Minggu, 20 April 2025. (Antara/Lingkar.news)

BANTUL, Lingkar.news Embung di Imogiri tepatnya di Kelurahan Wukirsari, Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta masih belum bisa mengendalikan banjir.

Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menjelaskan embung Imogiri dua itu dibangun sebagai sarana preservasi air sekaligus pengendalian banjir jika terjadi curah hujan tinggi.

“Jadi, embung Imogiri dua di Kelurahan Wukirsari ini salah satu sarana preservasi air, agar air tanah itu kembali terisi sekaligus untuk pengendalian banjir,” kata Bupati Halim di Bantul, Senin, 21 April 2025.

Menurut dia, embung Imogiri yang dibangun pemerintah pusat tersebut juga untuk menampung debit air berlebih yang mengalir di aliran Sungai Celeng, yang selalu mengalami luapan dan menggenangi permukiman ketika musim hujan.

“Sungai Celeng ini adalah kali yang setiap tahun mengalami luapan, maka di Kelurahan Wukirsari itu kita bangun dua embung, tidak main main dua embung sekaligus, embung Imogiri 2 di Nogosari Wukirsari, dan embung Imogiri 1 di Giriloyo Wukirsari,” terangnya.

Dua embung di Imogiri yang dilalui Sungai Celeng, kata Bupati, belum mampu menghambat terjadinya banjir luapan sungai, bahkan pada akhir Maret 2025, terjadi banjir hingga menggenangi permukiman warga di Imogiri.

“Ternyata upaya ini pun masih belum cukup untuk menghambat terjadinya banjir, nyatanya kemarin masih banjir juga berarti ini ada faktor lain, faktor lain itu perubahan landscape (bentang alam) karena ada alih fungsi yang tidak terkendali terutama pertambangan,” ungkapnya.

Oleh karena itu, kata dia, Menteri Lingkungan Hidup atau Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq langsung meninjau embung Wukirsari Bantul, guna memberikan solusi dan akan menerjunkan pengawas lingkungan.

“Pak Menteri segera mengirim pengawas lingkungan, agar landscape kita itu lebih terjaga, lebih mapan, karena kalau pohon pohon dibabat akan mengurangi daya serap air ke tanah, dan batu batuan yang sudah mapan ditambang itu menjadikan kiriman lumpur yang akhirnya mengakibatkan sedimentasi,” jelasnya.

Bupati mengatakan, Pemkab Bantul mendapat ilmu mengenai faktor penyebab banjir itu, meski untuk penanganan jangka panjang terlebih dulu harus dilihat dalam lingkup yang lebih luas yaitu wilayah Provinsi DIY.

“Ketika Bantul tidak hujan tetap banjir, kalau Sleman hujan, Kota Yogyakarta hujan, akhirnya larinya ke Bantul. Nah, ada apa dengan perubahan landscape di sana, kok air tidak bisa diserap secara optimal, maka kita tunggu langkahnya,” kata dia. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)

Exit mobile version