Menteri Risma Tinjau Penanganan Tanah Longsor Terparah di Trenggalek

MENINJAU: Mensos Risma (kanan) didampingi Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin (kiri) dan jajaran forkopimda saat meninjau dampak banjir bandang di Munjungan, Trenggalek, Jawa Timur pada Minggu, 6 November 2022. (Istimewa/Lingkar.news)

MENINJAU: Mensos Risma (kanan) didampingi Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin (kiri) dan jajaran forkopimda saat meninjau dampak banjir bandang di Munjungan, Trenggalek, Jawa Timur pada Minggu, 6 November 2022. (Istimewa/Lingkar.news)

TRENGGALEK, Lingkar.news – Menteri Sosial, Tri Rismaharini, meninjau bencana hidrometeorologi basah yang memicu serangkaian peristiwa banjir dan tanah longsor terparah di wilayah Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur pada Minggu, 6 November 2022.

Disambut Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, bersama forkopimda dan jajaran, mantan Wali Kota Surabaya itu menyaksikan dampak banjir yang telah memporak porandakan infrastruktur di kecamatan di Selatan Trenggalek.

Mensos Risma menyebut bencana di Trenggalek merupakan bencana terparah dari tiga kejadian banjir dan tanah longsor yang terjadi di Jawa Timur pada Jumat, 3 November 2022 dan Minggu, 6 November 2022.

Bantuan senilai Rp628,348 juta digelontorkan Mensos Risma untuk membantu mempercepat penanganan bencana hidrometeorologi basah di kecamatan Munjungan. Bantuan itu berupa logistik, peralatan dapur umum dan juga dalam bentuk bantuan lainnya.

Tidak hanya itu, Risma juga akan membantu mengerahkan beberapa alat berat untuk kebutuhan pembersihan sisa material banjir, yang nilainya ditaksir lebih besar dari bantuan pertama.

Bantuan ini diberikan karena salah satu menteri perempuan era Pasangan Presiden Joko Widodo-Makruf Amin prihatin melihat kondisi yang ada di Kecamatan Munjungan.

Risma yang meninjau langsung di lokasi bencana juga tidak canggung terjun ke sungai membantu evakuasi sampah dan balok kayu yang menyumbat aliran air. Sampah dan balok kayu menjadi salah satu penyebab salah satu jembatan di kecamatan itu ambrol.

“Saya bersyukur, saya datang. Kebetulan saya pas di Surabaya dan awalnya ada tiga kejadian (bencana) di Banyuwangi, Ngantang Malang dan juga Trenggalek. Justru menurut saya yang terberat di Trenggalek ini,” kata Risma.

Kalau kita lihat tadi, sambungnya, aliran sungai membahayakan semua.

“Kalau penanganannya tidak cepat akan terjadi sliding-sliding. Bahkan jalan akan tergerus kemudian mungkin perumahan,” imbuhnya.

Oleh karena itulah, Risma memutuskan menyerahkan bantuan sekaligus meninjau langsung bencana ini ke Trenggalek.

“Ini bantuan awal, logistik untuk masyarakat. Nanti juga akan saya bantu untuk sewa alat berat kemudian kita juga akan datangkan dari Jakarta,” ungkapnya.

Risma menambahkan, dirinya juga akan mengontak Wali Kota Surabaya untuk membantu alat berat karena ini belum musim puncak. “Jadi karena itu kenapa persiapannya harus cepat,” ujarnya.

Selain masalah bronjong yang diperlukan dalam jumlah banyak untuk tangkis dan tanggul sungai yang rusak (rusak), Risma melihat hampir semua jalan, jembatan kondisinya kritis.

“Makanya tadi kami akan belikan dari Surabaya. Terus saya minta kepada Pak Kapolres dan Pak Dandim, untuk sementara daerah-daerah kritis tadi tidak dilalui oleh kendaraan berat. Karena beban itu akan mempengaruhi kekuatan jalan. Kondisinya yang di tepi sungai benar-benar tidak ada penahan sama sekali. Itu kalau dilewati kendaraan berat, akan mudah rontok,” tuturnya.

Karena kondisi alam yang tak bisa diprediksi, Risma menyebut masyarakat harus saling gotong royong.

“Memang kondisi alamnya seperti ini, sehingga kita harus saling gotong royong. Tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah saja, masyarakat harus bersama-sama menangani ini semua karena saya sangat percaya kekuatan masyarakat itu doa. Karena doa pasti Allah akan mengabulkan,” tutup Risma.

Sementara itu, Bupati Trenggalek, menambahkan bahwa Mensos Risma  meminta agar menyiagakan dapur umum di kawasan yang dimungkinkan terisolir dalam peristiwa bencana alam di wilayahnya.

“Hari ini saya mendampingi Bu mensos. Beliau berkeliling, selain memberikan masukan terkait kondisi sungai secara kesosialan, beliau ingin memastikan jikalau, tapi kita tidak ingin bila terjadi banjir kembali terus ada jembatan putus lagi maka dikhawatirkan ada titik-titik pedesaan, dusun yang terisolir. Maka dari itu ibu memerintahkan untuk menyiagakan dapur-dapur umum di kawasan yang dimungkinkan terisolir,” ucapnya. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)

Exit mobile version