SEMARANG, Lingkar.news – Wakil Menteri Pertanian RI, Sudaryono, mengatakan tantangan bidang pertanian di Indonesia adalah menumbuhkan minat para generasi muda untuk berpartisipasi dalam program hilirisasi.
Sudaryono mengatakan terjun ke dunia pertanian ini tidak harus menjadi petani tradisional tetapi mengajak para pemuda mengembangkan industri pertanian.
“Ini menjadi tantangan kita, khususnya bagaimana menumbuhkan minat generasi muda ini ikut dalam hilirisasi Pertanian. Saya ada agenda di Kulon Progo untuk melepas ekspor gula semut ke Eropa, nah ini anak muda semua, ada ekspor kopra, coklat, jadi anak muda lebih kita dorong ke hilirisasi produk pertanian,” ujarnya saat kunjungan kerja di Semarang, Kamis, 20 Maret 2025.
Pemerintah sudah memiliki program petani milenial yang diinisiasi oleh Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) dari Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian.
Wamentan Minta Pemerintah Tingkatkan Produktivitas Padi di Jateng
Program tersebut merupakan kegiatan pemilihan dan pelatihan petani atau pengusaha muda sektor pertanian dari seluruh Indonesia untuk dapat menjadi duta Program YESS dengan tujuan mempromosikan dan mengajak kaum muda di wilayah Program YESS untuk terlibat secara aktif di sektor pertanian.
“Jadi sudah ada 300 ribuan yang telah kita bina, yang sudah jadi ada 20 sampai 30 ribuan yang menjadi pengusaha, ini adalah program kewirausahaan Pertanian, misal kita ajari menanam melon organik, supaya nanti bisa untuk pasar ekspor,” terangnya.
Selain itu, kata Sudaryono, Kementan juga memiliki program Brigade Pangan, yaitu program yang mencakup pengelolaan lahan rawa yang optimal (OPLAH) serta pencetakan sawah rakyat, untuk mengintegrasikan pendekatan berbasis komunitas dengan teknologi canggih dan melibatkan generasi milenial.
“Kalau program ini nggak di Jawa isinya anak muda, tapi adanya diluar Jawa, mengelola 200 hektar isinya 15 orang, jadi petani milenial gaji 15 juta itu maksudnya bagi hasil dari kegiatan mengelola sawahnya itu 15 juta perbulan, cuman nggak di Jawa, tapi di Mereauke, Kalteng, Kapuas,” tandasnya. (Lingkar Network | Syahril Muadz – Lingkar.news)