Kudus, Lingkar.news – Universitas Muria Kudus (UMK) untuk pertama kalinya memiliki dua dosen bergelar profesor atau guru besar dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
“Kedua profesor tersebut, yakni Prof Dr Drs Achmad Hilal Madjdi MPd dan Prof Dr Sri Utaminingsih SPd, MPd,” kata Rektor UMK Darsono di Kudus, Jawa Tengah, Sabtu (14/12).
Ia mengatakan bahwa secara kelembagaan bangga karena akhirnya UMK memiliki guru besar untuk pertama kalinya. Bahkan, setelah pengukuhan keduanya, akan menyusul dua guru besar karena masih menunggu diterimanya surat keputusan (SK) dari menteri.
Dalam rangka membantu memfasilitasi dosen yang sudah mendapatkan gelar doktoral untuk mendapatkan gelar guru besar, kata dia, UMK juga membentuk bagian pengurusan jabatan fungsional UMK secara khusus.
Kemudian ditindaklanjuti dengan pembentukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Layanan Pengembangan Karir Sumber Daya Manusia (SDM) UMK. Pada akhir 2023 UMK juga membentuk tim percepatan guru besar, terutama membantu dalam melengkap komposisi dan persyaratan yang dibutuhkan.
Ia berharap jumlah guru besar di UMK semakin bertambah, menyusul dari 252 dosen di UMK, sekitar 52 dosen di antaranya bergelar doktor dan 57 dosen masih menjalani pendidikan S2.
“Kami juga mengajukan lektor kepala sebanyak 86 pengajuan karena nantinya juga bisa menuju jenjang guru besar,” ujarnya.
Menurut dia, kehadiran guru besar sangat penting karena dalam pengajuan akreditasi mendapatkan skor nilai yang cukup tinggi. Selain itu, guru besar juga bagian dari pengembangan profesi serta syarat pembentukan pascasarjana.
Sementara itu, Achmad Hilal Madjdi yang mendapatkan gelar guru besar mengaku bersyukur karena UMK juga turut membantu mewujudkannya.
Untuk bisa meraih gelar guru besar, Hilal yang mendapatkan gelar doktor pada 2010 itu mengakui mengalami beberapa kali perubahan aturan, termasuk mengalami masa-masa pengumpulan artikel secara manual, sebelum akhirnya mengalami perubahan digitalisasi.
Dari sejumlah artikel yang disampaikan, kata dia, di antaranya ada artikel terkait pembelajaran reading english language dengan mengajarkan siswa atau mahasiswa membuat log catatan dokumen dengan pengasuhan dosen.
Tujuan pengasuhan tersebut, kata dia, agar catatan rangkumannya terstruktur dan poin penting tidak terlewatkan.
“Hasil penelitian saya, memang ada perbedaan signifikan antara mahasiswa setelah diminta membuat log catatan dokumen dengan sebelumnya karena mahasiswa menjadi mudah mempelajari bahasa Inggris,” ujarnya.
Sementara itu, Sri Utaminingsih juga mengaku bersyukur bisa menjadi guru besar setelah berjuang selama empat tahunan karena padatnya jam mengajar di kampus.
“Saya sangat berterima kasih karena kampus juga membantu memfasilitasi sehingga keinginan menjadi guru besar bisa terwujud. Mudah-mudahan menjadi penyemangat bagi dosen muda untuk mendapatkan gelar serupa,” ujar Sri Utaminingsih yang menekuni bidang ilmu manajemen kepemimpinan pembelajaran inovatif. (rara-lingkar.news)