JEPARA, Lingkar.news – Ribuan warga turut menghadiri dan memeriahkan Kirab Lurub Lungse dan Haul ke-282 Ki Adipati Tjitrosomo di Desa Sendang, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara pada Kamis, 25 Juli 2024. Sebanyak 13 lurub dikirab terlebih dahulu mengelilingi jalan desa menuju Makam Tjitrosomo I.
Menurut cerita sejarah, Ki Adipati Tjitrosomo nama asli waktu mudanya adalah R. Wuragil, putra ketujuh dari R. Garpo atau dikenal dengan nama Pangeran Roeksodjiwo yang menjabat sebagai Bupati Kedung Kiwo (Kerajaan Mataram) di bawah pemerintahan Sultan Agung. Pangeran Roeksodjiwo adalah arsitek perencanaan makam Imogiri, di mana para raja dimakamkan.
Ki Adipati Tjitrosomo setelah menjabat menjadi Bupati Kedung Kiwo untuk menggantikan kedudukan Pangeran Roeksodjiwo mendapatkan gelar Adipati Djiworekso di bawah pemerintahan Sunan Pakoebuwono.
Diceritakan, dahulu kekacauan terjadi di wilayah Kerajaan Mataram oleh anasir yang dikendalikan kompeni Belanda untuk merebut seluruh pesisir utara pulau Jawa. Maka, Ki Adipati Djiworekso dibekali Keris Bethok oleh Sunan Pakoebuwono untuk mengusir anasir yang ditunggangi oleh kompeni Belanda tersebut.
Dengan keberhasilan dalam mengusir anasir dari seluruh pesisir utara Pulau Jawa, Ki Adipati Djiworekso memperoleh gelar Ki Adipati Citosomo dari Sunan Pakoebuwono. Ki Adipati Citosomo pun diangkat menjadi Bupati Jepara pada tahun 1708 menggantikan kedudukan Bupati Jepara sebelumnya Adipati Soejonopoero yang gugur dalam perang melawan anasir pengacau.
Ketua Yayasan Tjitrosomo Edy Kadarisman yang juga merupakan trah Tjitrosomo ketujuh menjelaskan bahwa Ki Adipati Citrosomo merupakan cikal bakal dari Pemerintah Kabupaten Jepara.
Ia menyampaikan pada masa kepemimpinannya sebagai bupati Jepara, Ki Adipati Tjitrosomo telah mempersunting putri dari Pangeran Amangkurat I dan putri Pangeran Soejonopoero.
“Ki Adipati Tjitrosomo memiliki 47 anak yang terdiri dari 14 putra dan 33 putri,” ucapnya di Jepara, Kamis, 25 Juli 2024.
Pihaknya menyebutkan bahwa sebagian putra-putra Ki Adipati Tjitrosomo menjabat sebagai bupati. Sedangkan putri-putrinya dipersunting oleh para bupati di wilayah Kerajaan Mataram.
“Trah Tjitrosomo telah tersebar di wilayah Jawa Tengah khususnya dan wilayah Nusantara pada umumnya,” jelasnya.
Kabupaten Jepara, imbuh dia, dahulu berada di Bonjot, Desa Krasak, Kecamatan Pecangaan, Kabupaten Jepara pada masa kepemimpinan Bupati Jepara Tjitrosomo I dan Tjitrosomo 2 (anak dari Citrosomo 1). Namun pada saat kepemimpinan Bupati Jepara oleh Tjitrosomo 3 (adik dari Citrosomo 2), Kabupaten Jepara dipindahkan ke tempat yang sekarang.
“Tjitrosomo ini merupakan cikal bakal Kabupaten Jepara, dari Tjitrosomo I sampai VII,” sebutnya.
Sementara itu, Penjabat (Pj) Bupati Jepara Edy Supriyanta menuturkan bahwa Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara rutin berziarah ke makam para leluhur, salah satunya adalah ke Makam Tjitrosomo .
“Kegiatan seperti ini perlu dilestarikan, karena untuk mengenang para leluhur dan anak-anak cucu perlu mengetahuinya,” kata Edy saat ditemui di sela mengikuti kirab.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Jepara Eko Uddyono mengajak masyarakat untuk berkontribusi melestarikan budaya dan tradisi di Bumi Kartini. Ia berharap, ke depannya Makam Tjitrosomo bisa menjadi tempat wisata religi.
“Promosi wisata dan kebudayaan bukan hanya tugas dinas terkait, melainkan tugas seluruh masyarakat. Setiap individu memiliki handphone yang bisa digunakan untuk promosi,” tegasnya. (Lingkar Network | Muhammad Aminudin – Lingkar.news)