HUT ke-502 Kabupaten Semarang, Pemkab Gelar Serangkaian Acara

HUT ke-502 Kabupaten Semarang, Pemkab Gelar Serangkaian Acara

Bupati Ajak Masyarakat Lestarikan Bahasa Jawa Kromo Inggil

KABUPATEN SEMARANG, LINGKAR – Bupati Semarang Ngesti Nugraha menyoroti sejumlah budaya dan tradisi yang mulai luntur di tengah masyarakat. Salah satunya penggunaan bahasa Jawa kromo inggil yang cenderung tidak dilestarikan dan tidak diturunkan ke anak-anak.

Hal tersebut disampaikan Ngesti saat menghadiri Serasehan Budaya dalam rangka acara Kirab Merti Bumi Serasi di Aula Kecamatan Tuntang, Senin (13/3) malam. Sarasehan Budaya mengambil tema “Pelestarian nilai-nilai kearifan lokal sebagai salah satu pilar penting pembangunan”. 

Untuk mendukung upaya pelestarian, Ngesti mengajak masyarakat untuk tetap menuturkan bahasa kromo inggil dalam kehidupan sehari-hari. Ia juga meminta seluruh jajarannya di Pemkab Semarang menggunakan bahasa Jawa kromo inggil setiap hari Kamis.

“Ini sangat erat kaitannya dengan anak kita sebagai generasi penerus. Kita melihat ada tradisi yang mulai luntur dalam penggunaan bahasa Jawa kromo inggil. Kalau kita terapkan ke anak kita sejak kecil, mudah-mudahan unggah-ungguh, tata krama, dan budi pekerti akan terjaga,” ujarnya.

Selain itu, Ngesti juga mengajak masyarakat untuk mengaktifkan kembali pemberdayaan pemuda di desa melalui Karang Taruna dan kelompok-kelompok remaja keagaman di setiap agama yang ada, sembari terus melestarikan seni budaya yang ada.

“Pada akhirnya itu mengarah ke nasionalisme. Dengan adanya seni budaya, rasa nasionalisme akan terdorong,” katanya.

Ngesti Nugraha: Bupati Semarang – ABUL MUAMAR/KORAN LINGKAR

Rangkaian Acara Peringatan HUT ke-502 Kabupaten Semarang:

  1. Expo (KASMEX) Kabupaten Semarang pada 1-9 Maret 2023 di Lapangan Kalirejo.
  2. Peresmian proyek2 hasil pembangunan tahun anggaran 2022 pada 7 Maret di RTH Desa Layangan Kecamatan Ungaran Timur.
  3. Ziarah Ki Ageng Pandanaran I di Mugas pada 8 Maret 2023 di Mugas, Kota Semarang.
  4. Ziarah Ki Ageng Pandanaran II di Bayat pada 9 Maret 2023 di Bayat, Klaten.
  5. Karnaval dan Festival Makanan Khas Kabupaten Semarang pada 11 Maret 2023 di Palagan Ambarawa.
  6. Jalan sehat pada 12 Maret 2023 (Start dan finish di Alun-Alun Bung Karno Kalirejo).
  7. Sowangan (Rangkaian dari Merti Bumi Serasi) pada 11 Maret 2023 di 19 kecamatan di Kabupaten Semarang.
  8. Pentas kuda lumping, Napak tilas dan pentas ketoprak pada 12 Maret 2023 di Dusun Karang Kapoh di Desa Pager, Kaliwungu.
  9. Merti Bumi Serasi 13-14 Maret 2023 di Desa Pager sampai Rumah Dinas Bupati.
  10. Jamasan Pusaka dan Penyerahan Pusaka 14 Maret 2023 di Rumah Dinas Bupati.
  11. Wilujengan 14 Maret 2023 malam di Rumah Dinas Bupati.
  12. Sidang paripurna istimewa 15 Maret di Gedung DPRD Kabupaten Semarang.
  13. Kirab Budaya 15 Maret di Rumah Dinas Bupati dan Alun-Alun Bung Karno.
  14. UKM Expo 15-19 Maret di Gedung Serbaguna Kalirejo.
  15. Bazar Ketahanan Pangan 16 Maret 2023 di Alun-Alun Kalirejo/Gedung Serba guna.
  16. Pengajian 16 Maret malam di Rumah Dinas Bupati.
  17. Hiburan Rakyat 18 Maret 2023 di Alun-Alun Bung Karno Kalirejo.
  18. Rally wisata Tour de Kab Semarang (dengan mobil) 18-19 Maret (Start dan finish di Seloka Theme Park Tuntang).
  19. Senam SICITA 19 Maret Seloka Theme Park Tuntang.

Dua Tahun Berhasil Melewati Sejumlah Tantangan

BUPATI Semarang Ngesti Nugraha membeberkan sejumlah tantangan dihadapi selama dua tahun memimpin kabupaten berjuluk “Bumi Serasi” itu. Hal pertama yang ia sebutkan adalah memulihkan kondisi perekonomian dan memperkuat kesehatan masyarakat pascapandemi Covid-19.

“Saat saya dan wakil bupati dilantik pada 26 Februari 2021, kasus Covid-19 masih cukup tinggi. Itu berlangsung sampai pertengahan Mei 2022. Tentunya menjadi tantangan kami untuk menekan dampak Pandemi Covid-19,” katanya usai acara Jamasan dan Penyerahan Pusaka di Pendopo Rumah Dinas Bupati Semarang, Selasa (14/3).

Tantangan berikutnya adalah menekan angka kemiskinan di Kabupaten Semarang yang jumlahnya mencapai 78,60 ribu jiwa (7,27 persen dari total penduduk).

“Tentunya ini berkaitan dengan tantangan kita yang lain, yaitu menekan angka stunting, dan meningkatkan lapangan pekerjaan untuk mengatasi pengangguran,” kata dia.

Tantangan lainnya yang tak kalah serius, lanjut Ngesti, adalah mengatasi penyakit mulut dan kuku (PMK) yang mengancam hewan ternak masyarakat. Ia juga menyebut masalah gesekan sosial dalam pembangunan bendungan Jragung di lokasi Rawa Pening.

Selain tantangan, Ngesti juga memaparkan sejumlah target yang telah ia dan wakilnya capai selama memimpin Kabupaten Semarang. Di antaranya adalah meningkatkan gelora UMKM untuk memperbaiki ekonomi masyarakat.

“Alhamdulillah di tahun 2022, dalam rangka meningkatkan ekonomi kerakyatan, kami membangun Pusat Layanan Usaha Terpadu yang menyediakan pelatihan UMKM, pasar UMKM di Desa Lopait, Kecamatan Tuntang,” katanya.

Pencapaian lainnya berkaitan dengan upaya reformasi birokrasi. Di mana pihaknya telah membangun mal pelayanan publik untuk memudahkan masyarakat mengurus perizinan.

“Jadi untuk mengurus perizinan cukup di satu tempat saja sehingga memudahkan masyarakat,” katanya.

Ngesti berharap masyarakat dapat memberikan masukan dan aspirasi untuk pembangunan Kabupaten Semarang yang lebih baik.

“Kami membangun rumah kopi di Desa Jambu Kecamatan Jambu. Kopi kami trenkan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Ada kegiatan rutin NGOPI BARENG, yaitu Ngolah pikir bareng-bareng. Di situ kami tampung aspirasi dan masukan dari masyarakat untuk bersama-sama memikirkan kemajuan kabupaten ini,” tandasnya.

Adakan Jamasan Pusaka Ki Ageng Pandanaran Dengan Air dari 19 Kecamatan

RITUAL: Penjamas pusaka membersihkan pusaka dalam acara jamasan pusaka Ki Ageng Pandan Arang dalam rangka peringatan HUT ke-502 Kabupaten Semarang, Selasa (14/3). – ABUL MUAMAR/KORAN LINGKAR

PEMERINTAH Kabupaten Semarang menggelar acara Jamasan Pusaka Ki Ageng Pandan Arang dalam rangka peringatan HUT kabupaten itu yang ke-502 di Pendopo Rumah Dinas Bupati Semarang pada Selasa (14/3). Acara ini digelar usai Kirab Merti Bumi Serasi.

Hujan deras yang mengguyur tidak menyurutkan semangat para panitia dan peserta yang terdiri dari para budayawan, para staf dan pejabat OPD Pemkab Semarang, dan para perwakilan dari 19 kecamatan di Kabupaten Semarang.

Menurut MA Sutikno Diprojo, salah satu pejamas pusaka, ada tujuh pusaka yang disucikan dalam jamasan pusaka kali ini, yang terdiri dari tiga keris, tiga tombak, dan satu tombak trisula. Semua pusaka merupakan peninggalan dari Ki Ageng Pandan Arang sejak dari zaman Padjajaran hingga Majapahit. Selain enam pusaka utama, acara ini juga menyucikan pusaka-pusaka dari setiap kecamatan.

“Air yang dipakai untuk menjamas diambil dari 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Semarang,” ujar Sutikno.

Adapun jamasan pusaka (penyucian pusaka) merupakan tradisi pembersihan pusaka peninggalan Ki Ageng Pandan Arang baik secara isoterik maupun eksoterik.

Secara isoterik, jamasan pusaka mengandung makna pengingat bahwa sejatinya pusaka adalah batin manusia, yang senantiasa perlu dibersihkan dengan cara laku eling marang sangkan paraning dumadi dengan cara tirakat (secara simbolis terangkai dalam proses pembersihan pusaka; mutih, diguyur air dengan kelengkapan kembang setaman dll). 

Setelah batin dibersihkan, tansah eling marang sangkan paraning dumadi maka tanggung jawab manusia adalah melakukan laku kebajikan dan bermanfaat bagi sesama dengan cara sepi ing pamrih rame ing gawe (teraktualisasi dalam prosesi kirab ). 

Dalam konteks peringatan HUT Kabupaten Semarang, jamasan pusaka secara isoterik merupakan refleksi seluruh elemen pemerintahan dan masyarakat untuk senantiasa ingat akan tanggung jawab menjaga dan membangun Bumi Kabupaten Semarang. 

Secara eksoterik, jamasan pusaka adalah upaya menjaga fisik pusaka agar terhindar dari korosi yang dapat merusak bilah pusaka. 

Diiringi dengan kidung, jamasan pusaka ditutup dengan memasukkan pusaka ke gedong pusaka dan Kembul bujana andrawina.

Pemkab Semarang Gelar Kirab Merti Bumi

SIMBOLIS: Bupati Semarang Ngesti Nugraha dan para peserta Merti Bumi Serasi melepaskan burung ke udara di halaman Rumah Dinas Bupati Semarang, Selasa (14/3) – ABUL MUAMAR/KORAN LINGKAR

DALAM rangka memperingati HUT ke-505, Pemerintah Kabupaten Semarang menggelar Kirab Merti Bumi. Kirab digelar selama dua hari, pada 13-14 Maret. Kirab ini menempuh jarak sekitar 100 kilometer yang dimulai dari Desa Pager Kecamatan Kaliwungu sampai dengan Pendopo Rumah Dinas Bupati Semarang. Acara ini ditutup dengan pelepasan burung oleh Bupati dan sejumlah peserta kirab.

Selain Merti Bumi, juga digelar Susuk Wangan, yakni kegiatan bersih sumber air dan aliran sungai untuk menjaga keseimbangan ekosistem di sekitar mata air dan aliran sungai.  

Tradisi tersebut saat ini semakin meluntur sehingga berdampak pada kelangsungan dan kelestarian sumber mata air sehingga perlu ditumbuh kembangkan kembali di kalangan masyarakat.

“Dalam merti bumi ini, air suci atau tirto perwitosari yang berasal dari 19 sumber mata air di 19 kecamatan, dikirab dari Desa Pager Kecamatan Kaliwungu, menginap di kecamatan Tuntang, dan diarak lagi ke pendopo Rumah Dinas Bupati Semarang,” kata Ngesti di rumah Dinas Bupati Semarang, Selasa (14/3).

Menurut Ngesti, Merti Bumi bertujuan untuk menginternalisasi dan mengaktualisasi nilai-nilai tradisi dan kearifan lokal, menumbuhkembangkan jiwa dan semangat gotong royong serta persatuan dan kesatuan, menyemarakkan peringatan Hari Jadi Kabupaten Semarang dengan kegiatan yang berwawasan kebangsaan dan lingkungan. Juga, mengedukasi masyarakat tentang makna filosofis adat istiadat dan nilai-nilai sosial budaya untuk memperkokoh jati diri bangsa, menumbuh kembangkan kebanggaan nasional; dan menanamkan tanggung jawab dalam menjaga kelestarian alam.

“Dalam hal ini, masyarakat membagikan hasil buminya, ada jagung, padi, ketela, sayur-sayuran, sebagai wujud syukur yang rencananya besok akan kita beri ke masyarakat untuk diperebutkan saat acara karnaval,” imbuhnya. 

Bupati berharap di momen HUT ini, masyarakat Kabupaten Semarang semakin sejahtera.“Semoga di tahun 2023 ini, Kabupaten Semarang tetap kondusif, anyem, tentrem, gemah ripah lojinawi. Masyarakat semakin sejahtera, dan pembangunan makin berguna untuk masyarakat Kabupaten Semarang,” kata Ngesti. (MIFTAHUS SALAM – KORAN LINGKAR)

Exit mobile version