KEBUMEN, Lingkar.news – Anggota Komisi E DPRD Jawa Tengah sekaligus Ketua DPC PDIP Kebumen, Saiful Hadi, menunjukkan komitmen nyata terhadap pelestarian budaya dan nasib para penjaga situs sejarah di daerahnya.
Pada Jumat, 25 April 2025 sore, ia mengadakan pertemuan khusus dengan para dalang, budayawan, dan juru kunci makam di Rumah Aspirasi dan Posko Utut Adianto–Saiful Hadi, yang berlokasi di Jalan Piere Tendean, Desa Kutosari, Kebumen.
Forum ini dihadiri oleh sejumlah tokoh seni tradisional, termasuk dalang Ki Bondan dan Ki Wartun, serta 15 juru kunci dari berbagai makam bersejarah. Tujuannya adalah menjaring aspirasi sekaligus membuka ruang dialog tentang peran dan tantangan para pelaku budaya serta juru kunci dalam menjaga warisan lokal.
Dalam kesempatan itu, Saiful Hadi menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan ajang silaturahmi sekaligus bentuk kepeduliannya terhadap kebudayaan daerah.
Ia mengakui bahwa selama ini perhatian pemerintah terhadap para juru kunci makam masih sangat minim, padahal mereka memegang peran penting dalam pelestarian nilai sejarah dan spiritual masyarakat.
Saiful Hadi menekankan bahwa jumlah juru kunci di Kebumen cukup banyak, tersebar di ratusan desa dengan ratusan situs makam. Namun, sebagian besar dari mereka hidup tanpa jaminan atau perhatian dari pemerintah, kecuali di beberapa makam besar yang masih dikunjungi peziarah penting.
Selain itu, ia juga menyoroti minimnya anggaran dari pemerintah daerah untuk seni pertunjukan, seperti wayang kulit, yang hanya mendapatkan alokasi sekitar Rp15 juta. Jumlah ini sudah mencakup seluruh biaya, mulai dari honor dalang hingga sewa panggung dan peralatan.
Melihat kondisi tersebut, Saiful berjanji akan membawa aspirasi yang dihimpun dalam pertemuan itu ke tingkat Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten Kebumen.
Selain itu, ia juga berencana menanggap wayang kulit semalam suntuk di Desa Kertodeso, Kecamatan Mirit, sebagai bentuk nyata dukungan terhadap pelaku seni tradisional.
Dalang Ki Wartun dalam forum tersebut mengungkapkan kegelisahannya karena kini pertunjukan wayang kulit semakin jarang diminati.
Ia merasa bahwa kesenian tradisional semakin terpinggirkan dan berharap DPRD dapat memperjuangkan kondisi para dalang agar tetap dapat berkarya dan hidup layak. (Lingkar Network | Lingkar.news)