KOTA BOGOR, Lingkar.news – Kota Bogor berada di urutan ketiga yang mengalami inflasi tertinggi di Provinsi Jawa Barat dan melebihi angka nasional.
Sekretaris Daerah Kota Bogor, Syarifah Sofiah, menyebutkan angka inflasi bulan November mengalami kenaikan menjadi 5,96 persen.
“Angka inflasi Kota Bogor bulan November ada di angka 5,96 persen atau naik 0,02 persen dari bulan Oktober yang angkanya di 5,94 persen,” ungkap Syarifah pada Selasa, 15 November 2022.
Angka inflasi Kota Bogor tercatat lebih tinggi dibanding angka inflasi Provinsi Jawa Barat dan nasional.
“Angka inflasi di Jabar 5,93 persen dan inflasi nasional 5,71 persen, jadi masih tinggi angka inflasi Kota Bogor,” sebutnya.
Syarifah menyampaikan kenaikan ini menjadi perhatian bersama Forkopimda, dinas terkait termasuk BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Bogor.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor pun berupaya melakukan penanganan inflasi dengan koordinasi bersama forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda) untuk merumuskan langkah-langkah yang tepat.
Pasalnya, berbagai langkah-langkah kebijakan dan arahan pengendalian inflasi dari pemerintah pusat sudah dilakukan Kota Bogor. Mulai dari kerja sama dengan daerah lain, operasi pasar murah, peninjauan ke pasar sampai pemberian bantuan sosial berupa voucher BBM kepada ojek online dan sopir angkot imbas dari kenaikan BBM (bahan bakar minyak).
“Penyumbang inflasi terbesar kan karena kenaikan BBM, kami sudah intervensi dengan bantuan voucher BBM dan masyarakat juga semakin banyak yang memilih naik Biskita yang tarifnya nol rupiah (gratis) sebagai alat transportasi,” terangnya.
Meskipun demikian, Pemkot Bogor menyadari dua langkah ini nyatanya masih belum bisa mengendalikan inflasi di Kota Bogor. Mengingat, di perhitungan statistik BPS dua hal ini tidak memberikan pengaruh signifikan.
Pemkot Bogor akan berkoordinasi dengan BPS apa saja yang menjadi variabel penting saat menghitung inflasi.
“Jadi variabel yang paling menentukan akan sama dengan apa yang kita lakukan di dalam kebijakan pengendalian inflasi,” katanya.
Ia menambahkan, menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) pihaknya akan semakin intensif melakukan antisipasi dengan melakukan sidak ke pasar dan distributor untuk melihat apakah terjadi kenaikan yang jauh lebih dari harga eceran tertingginya atau tidak. Hal ini sesuai dengan arahan pemerintah pusat untuk mengecek harga di pasar dengan berpatokan pada Harga Eceran Tertinggi (HET).
“Untuk pasokan di Kota Bogor tersedia, tidak ada barang langka. Kami berharap angka inflasi bisa turun tapi paling tidak kita bisa mempertahankan dan tidak terjadi kenaikan,” pungkasnya. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)