BANDUNG, Lingkar.news – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat menyiapkan subsidi Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan yang terdampak langsung resesi, yang diperkirakan terjadi tahun 2023.
“Kepada yang terdampak langsung, kena PHK oleh perusahaan yang perdagangannya global karena pesanan turun, pabrik kurangi produksi. Nah, nanti ada Bantuan Langsung Tunai (BLT),” kata Gubernur Jabar, M Ridwan Kamil dalam keterangan tertulisnya pada Jumat, 18 November 2022.
Ridwan Kamil mengungkapkan bahwa pekerja yang berpotensi terkena PHK mayoritas yang bekerja di sektor padat karya, seperti perusahaan tekstil yang perdagangannya global.
Pasalnya, saat resesi melanda global, pesanan barang akan menurun, sehingga pabrik mengurangi jumlah produksi yang dampaknya pada pengurangan karyawan.
“Yang terdampak biasanya yang berhubungan dengan padat karya, tekstil dan lainnya,” ujarnya.
Menurutnya, BLT direncanakan disalurkan saat ada pengumuman resmi kondisi kedaruratan.
Adapun alokasi untuk BLT itu berasal dari anggaran Biaya Tak Terduga dan Dana Transfer Umum sebesar dua persen.
“BLT ini sesuai dengan kondisi saat ada pengumuman kondisi kedaruratan, anggarannya dari BTT (Biaya Tak Terduga) dan Dana Transfer Umum dua persen sudah dialokasikan,” jelasnya.
Indonesia diprediksi akan mengalami resesi ekonomi di tahun 2023, akan tetapi tidak terlalu signifikan karena pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap terjaga.
Ia menuturkan, mayoritas ekonom dunia yang dimintai pendapat menyatakan bahwa Indonesia tak akan mengalami resesi terlalu besar. Negara-negara di zona Asia relatif lebih kecil terkena resesi dibandingkan dengan negara di luar zona Asia.
“Diprediksi tahun depan terjadi resesi, khsususnya negara di luar zona Asia. Zona Asia relatif tak akan terlalu terkena resesi. Dari 100 persen ekonom dunia yang dimintai pendapat pun 90 persennya menyatakan, Indonesia tak akan terdampak terlalu besar,” terangnya.
Lebih lanjut, selain pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih tumbuh positif, kesenjangan dengan angka inflasi pun tidak terlalu jauh. Artinya, kenaikan harga masih terkendali.
“Pertumbuhan ekonomi kita masih positif, gap dengan inflasi juga tidak terlalu jauh, artinya kenaikan harga masih terkendali,” ucapnya.
Begitu pula di Jabar, pertumbuhan ekonomi di kuartal III tahun ini hampir menyentuh 6 persen.
Menurutnya, meningkatnya inflasi lebih karena dipengaruhi oleh harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Sedangkan harga sembako di pasar-pasar tradisional di Jabar masih terkendali.
“Jabar juga mewakili, kita tumbuh tertinggi di kuartal III hampir 6 persen pertumbuhan ekonominya. Inflasi tinggi lebih karena BBM, bukan sembako,” tandasnya. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)