TASIKMALAYA, Lingkar.news – Sebanyak 3.200 UMKM di Tasikmalaya, Jawa Barat, diberikan pengetahuan lengkap tentang ilmu membatik yang dipandu oleh perajin batik kenamaan Komar selama satu tahun di Rumah Belajar Batik Tasikmalaya.
Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Jawa Barat, Atalia Praratya Kamil mengatakan bahwa kegiatan tersebut salah satunya bertujuan untuk menjaga warisan budaya batik.
“Ini satu hal yang ditunggu-tunggu karena kita tidak ingin warisan budaya batik ini hilang karena tak ada regenerasi,” kata Atalia pada Senin, 22 Agustus 2022.
Ditemui seusai peresmian Rumah Belajar Batik Tasikmalaya, di Kota Tasikmalaya, Atalia menjelaskan bahwa, Rumah Belajar Batik Tasikmalaya didirikan lewat kolaborasi Dekranasda Jabar dengan Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) dan Bank HSBC.
Tak hanya untuk pelestarian budaya, Rumah Belajar Batik Tasikmalaya juga bertujuan untuk meningkatkan perekonomian warga. Pasalnya, dari 3.200 peserta, sebanyak 3.000-an merupakan UMKM yang terdampak Covid-19 yang penghasilannya menurun. Para pelaku UMKM diberikan peningkatan ilmu kewirausahaan, literasi keuangan, dan digitalisasi.
“Jadi warisan budaya batiknya lestari, kesejahteraan warga juga meningkat,” kata Atalia.
Atalia, istri Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ini juga mengungkapkan bahwa, sebanyak 58.000 UMKM di Jabar terdampak pandemi Covid-19, dan di Kota Tasikmalaya tercatat 6.900 UMKM yang rata-rata sektor kerajinan serta fashion pendapatannya menurun tajam.
Ia berharap, hadirnya Rumah Belajar Batik Tasikmalaya mampu mendongkrak perekonomian mereka bahkan bisa lebih meningkat.
“Kita tingkatkan pengetahuan mereka, keterampilan membatiknya, hingga bagaimana pemasaran yang baik melalui digital untuk meningkatkan kesejahteraan sampai akhirnya terwujud kemandirian ekonomi,” ucap Atalia.
Rumah Belajar Batik Tasikmalaya lokasinya berada di pusat Kota Tasikmalaya, tepatnya di Jalan Perintis Kemerdekaan persis di samping Kerabat Store di komplek Lingkung Industri Kerajinan. Di rumah belajar batik ini terdapat ruangan untuk membuat pola batik, mencanting, menjahit, dan ruang belajar kewirausahaan.
“Ada ruang-ruang belajar yang sangat sesuai dengan kebutuhan, ruang membuat pola, mencanting, menjahit bahkan belajar kewirausahaan, bagaimana cara pemasaran baik langsung maupun digital,” kata Atalia.
Di rumah belajar batik ini juga terdapat area pengelolaan limbah batik, sehingga aspek lingkungan tetap terjaga.
“Di tempat ini juga diajari bagaimana mengelola limbahnya. Jadi tak hanya memikirkan karya dan keuntungan, tapi juga bagaimana dampaknya terhadap lingkungan yang harus tetap diperhatikan,” ujarnya.
Atalia berharap rumah belajar batik kerja sama dengan YCAB dan HSBC ini hadir di 27 kabupaten/kota di Jabar karena potensi batik Jabar sangat tinggi terlihat dari ragam motif batik yang berbeda-beda di tiap wilayah.
“27 kabupaten/kota mempunyai motif batik masing-masing, tapi sayangnya tak banyak yang memiliki kemampuan untuk membatiknya. Jadi saya harap rumah belajar batik ini hadir tak hanya di Tasikmalaya, tapi se-Jabar,” harap Atalia.
Sementara itu Pendiri YCAB Veronica Colondam mengatakan, akan terlibat di Rumah Belajar Batik Tasikmalaya selama lima tahun ke depan. Ia menargetkan, satu UMKM yang belajar di rumah tersebut ke depan penghasilannya bisa meningkat hingga Rp 100 juta per bulan. Hal serupa juga terjadi di Rumah Belajar Batik Pekalongan yang karyawannya sebanyak 60 orang.
“Contoh sukses ada yang sudah mempunyai 60 karyawan di Pekalongan. Sebulan minimal keuntungannya bisa mencapai Rp 80 juta sampai Rp 100 juta. Itu yang kita cita-citakan di Tasikmalaya dan wilayah Jabar lainnya,” kata Veronica.
Rumah belajar batik ini juga rencananya akan menyasar warga disabilitas agar terwujud inklusivitas ekonomi dan pendidikan.
“Kita juga mau menjangkau masyarakat disabilitas ke depannya agar inklusif dan edukatif, serta menyejahterakan,” ujar Veronica. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)