LONDON, Lingkar.news – Direktur regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Eropa, Hans Kluge, memperingatkan bahwa monkeypox (mpox) atau cacar monyet dapat menyebar ke negara-negara lain setelah Swedia mengonfirmasi kasus pertama virus menular di luar Afrika.
Swedia pada Kamis, 15 Agustus 2024 melaporkan kasus pertama varian mpox yang lebih menular di luar Afrika, hanya sehari setelah WHO menyatakan penyakit virus menular tersebut sebagai “Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia.”
“Seperti yang telah kami catat sebelumnya, hanya masalah waktu sebelum mpox klade I — yang tampaknya lebih parah daripada klade II — terdeteksi di wilayah @WHO lainnya, mengingat dunia kita yang saling terhubung,” demikian tulis Kluge memperingatkan di platform X.
Temuan Kasus Cacar Monyet di Jakarta, Dinkes Telusuri Kontak Erat Pasien
Mengingat kasus mpox yang dikonfirmasi oleh otoritas Swedia, Kluge mengatakan orang yang terinfeksi sedang dirawat karena gejalanya dan bahwa tindakan kesehatan masyarakat standar, termasuk isolasi pasien dan pelacakan kontak, sedang dilaksanakan.
“Sekali lagi, WHO/Eropa mendesak ke-53 Negara Anggota kami di seluruh Eropa dan Asia Tengah untuk meningkatkan pengawasan guna mendeteksi mpox, mengeluarkan saran kesehatan masyarakat yang tepat, dan memperkuat akses terhadap vaksin dan antivirus,” tambah Kluge.
Sejak awal 2024, lebih dari selusin negara Afrika telah melaporkan penyakit tersebut, yang ditularkan melalui kontak dekat, dengan Republik Demokratik Kongo yang menyumbang lebih dari 90 persen kasus yang dilaporkan.
Menurut WHO, mpox penyakit yang disebabkan oleh monkeypox virus. Orang yang terinfeksi dapat mengalami ruam dan gejala seperti flu.
Yuk Kenali Gejala, Penyebab, dan Risiko Penularan Cacar Monyet
Awal Mula Mpox
Pada mulanya mpox ditemukan pada monyet di Denmark pada 1958. Penyakit ini dapat ditularkan dari hewan ke manusia atau zoonosis.
Kasus pertama kali mpox pada manusia ditemukan di Kongo pada tahun 1970 dan kemudian menyebat di Afrika Tengah dan Afrika Barat. Kasus mpox juga menyebar ke Afrika Tengah dan Timur meskipun upaya vaksinasi sudah dilakukan pada 1980-an.
Selanjutnya wabah cacar monyet terjadi pada tahun 2022-2023 di luar daerah endemik dan tidak diketahui sumber dari virus tersebut. Namun berbagai mamalia kecil seperti tupai dan monyet rentan terhadap mpox.
Ada dua tipe utama cacar monyet yang saat ini diktahui yakni Clade 1 dan Clade 2
Tanda dan gejala umum infeksi mpox
Tanda dan gejala umum mpox mirip seperti flu yakni demam, menggigil, sakit tenggorokan, nyeri otot, sakit kepala, kelelahan, sakit punggung. Tanda awal mpox juga terdapat ruam yang biasanya dimulai dari wajah dan menyebar ke bagian tubuh lainnya. Selain itu juga terdapat pembengkakan pada kelenjar getah bening dekat bagian tubuh yang terinfeksi.
Penularan Mpox
Penularan penyakit cacar monyet bisa terjadi karena kontak langsung hewan yang terinfeksi dengan manusia.
Penyakit ini juga dapat menular pada sesama manusia melalui kontak langsung orang yang terinfeksi. Virus masuk ke dalam tubuh melalui luka yang terbuka, saluran pernapasan, maupun selaput lendir dari mata, hidung, atau mulut.
Virus juga dapat menular melalui kontak seksual dengan orang yang sudah terinfeksi dan hubungan intim di tempat tidur yang terkontaminasi virus.
Diagnosa
Diagnosis sering kali berdasarkan gejala klinis dan riwayat kontak dengan kasus yang terinfeksi. Sehingga diperlukan tes laboratorium untuk mengetahui secara lebih pasti, seperti polymerase chain reaction (PCR) untuk mendeteksi DNA virus.
Pengobatan dan Pencegahan
Tidak ada pengobatan spesifik untuk mpox. Pengelolaan penyakit ini biasanya fokus pada perawatan simptomatik, seperti mengatasi demam dan nyeri.
Melakukan vaksinasi dapat membantu mencegah infeksi virus. Vaksin seharusnya diberikan dalam jangka empat hari setelah kontak langsung dengan orang yang terinfeksi, atau paling lama 14 hari jika tidak mengalami gejala.
Masyarakat juga sebaiknya menerapkan pola hidup bersih dan sehat serta menghindari kontak langsung dengan orang maupun hewan yang terinfeksi.
Organisasi kesehatan global, WHO terus memantau dan menilai risiko serta penanganan mpox sehingga penelitian terus dilakukan untuk mengatasi mpox. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)