MAKKAH, Lingkar.news – Rangkaian pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci Makkah tidak bisa dilepas dari peran Maktab. Maktab bisa dikatakan sebuah syirkah atau perusahaan yang mengurusi seluruh akomodasi jemaah haji selama tinggal di Makkah maupun pelaksanaan Armuzna.
Para Maktab yang melayani jamaah haji asal Indonesia tergabung dalam mutawif Asia Tenggara. Ada banyak maktab yang melayani mutawif Asia Tenggara. Untuk jamaah haji yang tinggal dijadwal atau sektor 4 dilayani oleh Maktab 24 sampai 35.
Setiap satu maktab mengurusi sekitar 4 sampai 6 kloter. Untuk pelaksanaan Armuzna ini total pelaksanaannya diurus 100 persen oleh Maktab. Dalam hal ini pemerintah Indonesia tidak bisa banyak ikut campur, hanya bisa mengawasi dan memberi masukan, serta saran.
Salah satunya adalah proses pemberangkatan jemaah haji dari hotel menuju ke Arafah. Memberangkatkan sekitar 20.000 lebih jamaah dalam satu hari dan satu wilayah bukanlah persoalan yang mudah. Perlu koordinasi, kerja sama, dan kesabaran semua pihak.
Sehari sebelum pemberangkatan jamaah menuju Armuzna, semua ketua kloter telah dikumpulkan oleh kepala sektor Ahmad Ridhani untuk melakukan rapat koordinasi.
Dari hasil rapat koordinasi diputuskan bahwa proses pemberangkatan jamaah akan dimulai pukul 07.00 di mana masing-masing kloter dari satu Maktab akan menentukan urutan kloter berapa yang akan diberangkatkan terlebih dahulu.
Biasanya kloter dalam satu maktab akan mengadakan undian untuk menentukan urutan keberangkatan. Akan tetapi ketika PPIH Arab Saudi, baik yang dari sektor maupun kloter sudah mengatur dan menata proses keberangkatan sedemikian rupa, hal tersebut sering dimentahkan oleh pihak Maktab.
Tiba-tiba Maktab memberitahukan bahwa keberangkatan bus dimulai pukul 10.00. Banyak Maktab yang memberitahukan jadwal keberangkatannya secara mendadak, akhirnya banyak jamaah yang terlalu lama menunggu di lobi.
Ada juga Maktab tetap sesuai jadwal 07.30, tetapi mereka memberangkatkan jamaah kadang tidak sesuai dengan kloternya asal dalam satu maktab, maka jamaah yang kelihatan duduk-duduk akan disuruh naik.
Hal-hal ini tentu saja perlu penanganan ekstra bagi para petugas kloter maupun petugas PPIH agar bisa mengatur jamaah dengan tertib. Semua jamaah diyakinkan akan terangkut semua ke Arafah dan pasti akan bertemu dengan kelompoknya. Hanya saja kadang jamaah tidak sabar dalam menunggu sehingga cenderung berebut.
Untuk mengantisipasi hal ini, Kepala Sektor 4 daerah kerja Madinah, Ahmad Ridhani menginstruksikan kepada seluruh ketua kloter agar tidak menurunkan jamaah dulu ke lobi apabila bus belum datang.
“Cukup ketua kloternya yang turun dulu untuk menunggu datangnya bus dan apabila bisnya datang, maka ketua kloter segera memerintahkan rombongan mana yang lebih dahulu untuk diberangkatkan untuk diturunkan di lobi,” instruksi Ahmad Ridhani.
Pihak PPIH dalam hal ini tidak bisa berbuat apa-apa karena semuanya adalah tanggung jawab Maktab untuk urusan Armuzna ini.
Menurut Gus Nadhif, Seksi Bimbad Sektor 4, untuk menyikapi hal ini diperlukan kesabaran dari semua pihak, baik petugas maupun jamaah haji. (Lingkar Network | Ahmad Fahimi – Lingkar.news)