Beras Mahal, Warga Lebak Beralih Makan Singkong

PANEN: Warga memanen ketela pohon di persawahan desa Ngadimulyo, Kedu, Temanggung, Jawa Tengah. (Antara/Lingkar.news)

PANEN: Warga memanen ketela pohon di persawahan desa Ngadimulyo, Kedu, Temanggung, Jawa Tengah. (Antara/Lingkar.news)

LEBAK, Lingkar.newsDi tengah kenaikan harga beras dan sejumlah bahan pokok lainnya, warga Kabupaten Lebah, Banten beralih mengkonsumsi singkong sebagai pangan alternatif.

Seperti keluarga Titi (50) seorang ibu rumah tangga warga Komdik Rangkasbitung, Kabupaten Lebak mengatakan memilih mengkonsumsi singkong sebagai makanan alternatif akibat dampak melonjaknya harga beras di pasaran.

“Pagi dan siang hari kami mengkonsumsi singkong yang kami olah menjadi getuk. Baru sore hari kami makan nasi,” ungkapnya.

Dampak beras mahal dan masyarakat yang mulai memilih pangan alternatif ternyata membawa berkah tersendiri bagi pedagang singkong di Lebak. Omzet pedagang singkong bahkan melonjak hingga dua kali lipat.

“Pendapatan kami sekarang bisa Rp5 juta dari sebelumnya Rp2,5 juta per hari,” kata Suhari (55) seorang pedagang singkong di Pasar Subuh Rangkasbitung Kabupaten Lebak, Kamis, 7 Maret 2024.

Suhari menjelaskan, omzet Rp5 juta per har itu dengan menghabiskan singkong sebanyak 1 ton yang dijual Rp5.000/kilogram, padahal sebelumnya hanya 500 kilogram.

Peningkatan pendapatan omzet tersebut setelah harga beras medium di pasaran melonjak hingga di pasaran di atas Rp14.000 per kilogram.

Mereka kebanyakan membeli singkong itu dari kalangan masyarakat yang berpenghasilan ekonomi rendah.

Begitu juga Sarman (45), pedagang singkong lainnya, mengaku bahwa dirinya setiap hari bisa menghasilkan pendapatan Rp3 juta dengan menjual 600 kilogram singkong.

“Pendapatan itu naik hingga 100 persen dari sebelumnya Rp1,5 juta per hari,” kata Sarman.

Sementara itu Kepala Bidang Distribusi dan Sumberdaya Pangan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Lebak, Benu Dwiyana, membenarkan jika saat ini banyak masyarakat yang mengkonsumsi singkong dampak kenaikan beras di pasaran.

Apalagi, lanjut dia, masyarakat Kabupaten Lebak sudah mampu mengelola panganan singkong menjadi makanan yang lezat dan nikmat seperti menjadi bolu maupun roti dengan varian rasa.

“Kami hingga kini terus memberikan pelatihan kepada masyarakat agar mampu memproduksi singkong menjadi makanan yang memiliki varian panganan lokal dan bisa menggantikan beras sebagai makanan pokok,” tuturnya.

Berdasarkan pantauan, menunjukkan bahwa saat ini banyak pedagang singkong di Kabupaten Lebak, selain di sejumlah pasar tradisional juga di kios-kios pengecer di tepi jalan raya, pemukiman hingga pedagang keliling dengan harga Rp5.000 sampai Rp7.000 per kilogram. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)

Exit mobile version