Lingkar.news – Saat ini nongkrong menjadi salah satu kegiatan bahkan rutinitas bagi kaula muda. Banyak anak muda yang menghabiskan waktunya untuk sekedar berkumpul atau nongkrong pada akhir pekan. Selain nongkrong, ada juga yang memanfaatkan hal ini sebagai peluang usaha. Jika biasanya banyak anak muda yang menggandrungi tempat-tempat estetik, berbeda dengan para pemuda asal Gambiran, Pati ini yang lebih memilih konsep unik berbeda dari yang lain dengan memanfaatkan aset kolam ikan sebagai tempat usaha.
Dwi (32) bersama teman satu tongkrongannya Dzikru (28) mengubah kolam ikan yang tidak digunakan sebagai tempat usaha warung kopi. Mereka yang awalnya hanya sebatas nongkrong di kolam ikan ini kemudian dapat menghasilkan pendapatan sembari nongkrong.
“Awalnya itukan kita sering nongkrong disini, trus kepikiran daripada ini kolam nganggur dan kita cuma nongkrong mending dibuat usaha sekalian. Jadi bisa nongkrong sambil dapet penghasilan,” terangnya.
Bukan tanpa alasan pemilihan warunng kopi sebagai usaha, Dzikru mengaku memilih warung kopi sebagai usaha lantaran minimnya warung kopi di daerah tempatnya tinggal.
“Kalau cafe kan udah banyak. Tetapi warung kopi sekitar sini masih sedikit, akhirnya memutuskan untuk usaha warung kopi aja,” ungkapnya.
Warung kopi yang berada di Desa Sukoharjo, Gebyaran, Kecamatan Margorejo, Kabupten Pati ini buka mulai pukul 10.00 hingga 22.00 WIB setiap hari dengan jumlah pengunjung paling banyak pada akhir pekan yang didominasi oleh remaja SMA hingga komunitas. Salah satu pengunjung, Haryo (42) mengaku beberapa kali mengunjungi kolam kopi kala merasa penat dengan tuntutan pekerjaan.
“Kalau ke sini jarang. Paling pas merasa pusing atau penat karena kerjaan ya kesini sambil healing tipis-tipis,” tuturnya.
Terdapat berbagai macam menu diantaranya yaitu, mie, gorengan, kopi, teh, jahe dan masih banyak lagi, dengan harga mulai Rp2.000 hingga Rp8.000 mereka biasa meraup omzet sekitar Rp 100 ribu hingga Rp 400 ribu perhari.
Pengunjung lain, Nur (23) kala ditemui di kolam kopi juga menuturkan selain konsepnya yang unik harga yang ditawarkan pun cukup terjangkau.
“Konsepnya unik. Kalau tempat lain kan biasanya memakai konsep yang estetik, tapi kalau ini konsepnya beda dari yang lain dan harganya juga sangat terjangkau,” ungkapnya.
Membuka usaha sejak tahun 2020, Dwi menyampaikan mengalami jatuh bangun ketika mengalami ramai dan sepi pembeli yang kadang tidak menentu.
“Jatuh bangunnya paling ya kalau ramai seneng aja. Tapi kalau pas sepi ya bingung buat balik modalnya,” pungkasnya. (Lingkar Network | Ferlinda Rusdiana – Lingkar.news)