Lingkar.news – Kegiatan alam mendaki gunung banyak digemari masyarakat. Tak sedikit bagi pecinta kegiatan alam melakukan ekspedisi pendakian. Namun perlu diketahui bahwa mendaki gunung tidak boleh nekat dan asal berangkat saja. Banyak risiko yang dihadapi saat mendaki, salah satunya hipotermia.
Risiko hipotermia dapat dialami oleh siapa saja bahkan seorang pendaki yang sudah berpengalaman sekalipun. Sebelum mengikuti perjalanan pendakian ada baiknya kamu mengetahui apa itu hipotermia dan bagaimana pertolongan pertama pada orang yang mengalami hipotermia.
Mengenal hipotermia dan gejalanya
Hipotermia adalah kondisi ketika suhu tubuh menurun menjadi 35 derajat Celsius akibat paparan suhu dingin dalam waktu lama. Gejala hipotermia pun bervariasi tergantung pada tingkat keparahannya.
Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dr. Faisal Parlindungan Sp.PD menyampaikan gejala hipotermia ringan (suhu tubuh 32-35°C), antara lain tubuh menggigil, kulit pucat dan dingin, bicara melambat atau cadel, serta denyut jantung dan pernapasan sedikit meningkat.
Orang yang mengalami hipotermia ringan juga bisa mengalami kebingungan ringan dan kesulitan berkonsentrasi.
Gejala hipotermia sedang (suhu 28-32°C), menurut dia, menggigilnya bisa mulai berkurang atau berhenti karena tubuh kehilangan kemampuan menghasilkan panas.
Tanda kondisi hipotermia sedang lainnya adalah denyut nadi dan pernapasan melambat, kelemahan otot, koordinasi buruk, kesulitan berjalan, disorientasi, kebingungan, bicara tidak jelas, tidak responsif, dan menunjukkan perilaku aneh seperti melepas pakaian meskipun kedinginan.
Kondisi hipotermia berat (suhu kurang dari 28°C), menurut dokter Faisal, biasanya tidak sadarkan diri dan mengalami gangguan irama jantung. Pernapasan dan denyut jantung sangat lambat atau sulit dideteksi dan pupil melebar dan tidak bereaksi terhadap cahaya.
Pertolongan pertama hipotermia
Pindahkan ke tempat hangat
Pendaki yang mengalami hipotermia harus segera dipindah ke tempat yang lebih hangat dan terlindung dari angin, hujan, atau salju serta membantu menghangatkan kembali tubuhnya. Jika tidak ada tempat berlindung, tenda atau lainnya, buat penghalang dari tas atau benda lain untuk melindungi dari angin.
Ganti pakaian kering
Jika orang yang mengalami hipotermia pakaiannya basah, maka sebaiknya segera diganti dengan pakaian yang kering. Kalau tidak ada baju ganti, bungkus tubuhnya dengan jaket, sleeping bag.
Kompres hangat
Gunakan selimut darurat yang dapat membantu menahan panas tubuh dan kompres hangat bisa digunakan untuk menghangatkan kembali tubuh penderita hipotermia.
Gunakan botol yang diisi air hangat lalu letakkan di area ketiak, leher, selangkangan, atau tempat pembuluh darah besar berada agar panas lebih cepat menyebar.
Minuman hangat
Apabila orang yang mengalami hipotermia masih dalam keadaan sadar, berikan makanan tinggi kalori dan minuman hangat non-alkohol dan non-kafein untuk membantu menghangatkan kembali tubuhnya.
Minuman hangat seperti teh manis atau cokelat panas, kemudian makanan tinggi kalori seperti cokelat atau kacang juga bisa membantu tubuh menghasilkan panas.
Periksa berkala
Setelah upaya untuk membantu menghangatkan kembali tubuh dilakukan, periksa berkala suhu tubuh hingga kembali ke kisaran normal (36-37°C). Denyut jantung, tekanan darah, dan pernapasannya juga sebaiknya diperiksa.
Minta bantuan
Hipotermia bisa menyebabkan gangguan ritme jantung (aritmia) dan tekanan darah rendah. Amati apakah ada tanda gangguan kognitif seperti kebingungan atau bicara tidak jelas, yang bisa menunjukkan cedera akibat dingin atau komplikasi lainnya.
Resusitasi jantung dan paru-paru atau pijat jantung harus segera dilakukan jika orang yang mengalami hipotermia sudah tidak merespons, bernapas sangat pelan, atau bahkan tidak bernapas.
Dalam kondisi yang demikian, orang yang bersamanya harus berusaha secepat mungkin meminta pertolongan dari tenaga profesional. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)