Menikmati Sego Iriban Khas Desa Wisata Lerep, Hanya Ada Setiap Minggu Pon dan Pahing

Menikmati Sego Iriban Khas Desa Wisata Lerep, Hanya Ada Setiap Minggu Pon dan Pahing

MENJAJAKAN: Sego Iriaban salah satu kudapan khas dari Desa Wisata Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. (Hesty Imaniar/Lingkar.news)

Lingkar.news Indonesia memang kaya akan beragam budaya, termasuk juga makanan tradisional yang mengandung filosofi.

Kali ini, ada salah satu kudapan khas dari Desa Lerep, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yaitu Sego Iriban.

Kuliner khas Desa Wisata Lerep ini hanya ada pada hari Minggu Pon dan Minggu Pahing. Dimana pada hari pasaran Jawa itu, biasanya masyarakat di Desa Lerep juga melakukan Tradisi Iriban.

Mirahati (51), salah satu warga dari Desa Lerep yang juga biasa memasak Sego Iriban itu menjelaskan kepada Lingkar, bahwa Sego Iriban ini hanya ada pada saat pelaksanaan Tradisi Iriban di Desa Lerep.

“Namanya Sego Iriban mbak, ini ada biasanya saat ada Tradisi Iriban, tradisi Iriban ini tradisi bersih-bersih sumber mata air di lingkungan kami di Desa Lerep,” kata Mirahati.

Mirahati kembali mengatakan, biasanya Tradisi Iriban dilakukan satu tahun sekali, dan Sego Iriban menjadi menu wajib yang harus disajikan saat pelaksanaan tradisi yang diadakan pada Bulan Sapar itu.

“Jadi, kalau Tradisi Iriban itu kami lakukan satu tahun sekali, dan Sego Iriban ini harus selalu ada disajikan pada saat tradisi ini kami lakukan. Tapi seiring berjalannya waktu, masyarakat bisa menikmati Sego Iriban ini di Minggu Pon dan Minggu Pahing di acara Pasar Kuliner Tempoe Doeloe di Desa Wisata Lerep kami,” sebutnya.

Mirahati mengungkapkan, Tradisi Iriban merupakan simbol ungkapan rasa syukur warga Desa Lerep atas segala sumber kekayaan alam, baik itu pegunungan dan air yang melimpah.

“Kalau masyarakat umum biasa menyebut Sego Iriban ini seperti nasi selametan (syukuran, red) karena dimakan bersama-sama selama Tradisi Iriban berlangsung di Desa Lerep,” paparnya.

Lebih lanjut, Mirahati juga menyampaikan isi atau lauk pauk yang ada di Sego Iriban, sekilas tampak seperti Nasi Gudangan.

“Sego Iriban ini ada sayuran, seperti gudangan mbak. Pakai sambal kelapa yang dicampur ayam cacah, lalu ada lauk pauk sebagai pelengkapnya. Ada tempe bacem, telur rebus, ikan asin, oseng keong, trancam, dan lainnya. Sego Iriban ini biasanya dibungkus dengan daun jati, supaya lebih sedep (enak, red),” sebut Mirahati.

Namun, ada satu sayuran yang menjadi ciri khas Sego Iriban khas Desa Lerep yakni adanya daun atau sayur kudo. Masyarakat biasa menyebutnya daun pohon jawa atau jaranan yang dipercaya kaya akan manfaat untuk kesehatan.

“Kalau sayur yang dicacah ini ada daun singkong, daun kudo, daun pepaya, daun kopi. Daun kudo dan daun kopi ini menjadi ciri khas Sego Iriban, terasa enak dan kaya manfaat bagi kesehatan mbak, baik untuk kesehatan mata dan tubuh lainnya,” bebernya.

Cara memasaknya pun juga menarik untuk dikulik. Sayur yang dipotong kecil-kecil itu dimasak dalam sebuah batang bambu (bumbung,red) lalu dibakar.

“Cara penyajiannya ya begini mbak, sayuran yang dimasak pakai bumbung tadi dibakar, lalu dicampur dengan ayam bakar yang dicacah juga, tapi khusus untuk jeroannya saja (isi perut, red) sedangkan untuk daging ayam yang dicacah juga bisa dinikmati sebagai pelengkap Sego Iriban tersebut mbak,” sebut Mirahati lagi.

Ia menyebut, harga satu paket Sego Iriban ini biasa dijual Rp10.000, sedangkan jika menggunakan lauk pelengkap lainnya, maka harganya berbeda lagi.

“Ini biasanya yang kami jual saat Minggu Pon dan Pahing mbak. Kami jual sepaket itu Sego Iriban isinya nasi putih, gudangan sayur itu, sambal kelapa, cacahan jeroan atau ayam, tempe bacem, dan ikan asin ini harganya Rp10.000. Kalau pakai lauk tambahan lain lagi harganya, tergantung lauk yang dipilih,” imbuhnya.

Tradisi Iriban sendiri merupakan tradisi tahunan yang ada di Desa Lerep, yakni kegiatannya berisi bersih-bersih sumber mata air yang bernama Wangan Cenginging. Sumber mata air itu merupakan sumber mata air terbesar di Desa Lerep.

Biasanya, warga setempat sudah menyiapkan pembungkus khusus bagi masyarakat yang ingin membawa pulang Sego Iriban ini.

“Selain daun jati beralaskan daun pisang sebagai pembungkus Sego Iriban ini, biasanya kemasan luarnya lagi, kami pakai daun blarak atau daun aren yang biasa warga Desa Lerep bilang itu kathok’an, dan warga bisa membawa pulang Sego Iriban ini dengan cara ditenteng,” pungkasnya. (Lingkar Network | Hesty Imaniar – Lingkar.news)

Exit mobile version