LINGKAR.NEWS – Dokter dan ahli gizi masyarakat, DR. dr. Tan Shot Yen, M.Hum mengatakan bahwa masyakarat perlu selektif dalam mengkonsumsi fusion food, terutama soal kandungan nutrisi dalam makanan itu.
Daftar Isi :
Apa Itu Fusion Food?
Dikutip Dari Wikipedia :
Fusion Food atau Masakan campuran adalah masakan yang mempadupadankan dan mencampurkan masakan dari dua atau lebih budaya yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk menciptakan reka baru dari suatu makanan sehingga bisa lebih menarik dari sebelumnya. Masakan ini sering kali ditemukan di wilayah perkotaan dan juga multibudaya
“Biasakan memilih masakan yang diolah tradisional tanpa produk kemasan seperti saos, aneka kecap, dan lainnya. Bumbu dapur dan rempah sudah cukup,” kata Tan, yang mendapatkan gelar Doktor Ahli Gizi Komunitas dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Kamis.
Baca Juga : Tak Banyak yang Tahu, Ini 10 Makanan Indonesia Warisan Belanda
Tren kuliner fusion food adalah konsep yang menggabungkan bahan atau cara masak lebih dari satu budaya. Contoh fusion food yang sering ditemui adalah burger rendang, campuran makanan ala Barat burger dengan isian daging rendang ala Indonesia.
Perhatikan Nutrisi Fusion Food
Tan mengatakan masyarakat tetap perlu memerhatikan gizi dan nutrisi yang seimbang di tengah sajian kuliner yang ada di Tanah Air sangat beragam. Dia mengingatkan masyarakat perlu mengetahui kandungan nutrisi apa yang ada dalam fusion food dan tidak berlebihan mengonsumsinya.
“Juga batasi lemak jenuh misalnya dari santan,” kata Tan.
Artikel Terkait : 4 Makanan Pemicu Kolesterol Tinggi Menurut Pakar
Pemilihan bahan persiapan, produksi dan penyajian fusion food perlu mempertimbangkan nutrisi, misalnya makanan yang menggunakan bahan makanan ultra proses tentu memiliki kandungan nutrisi berbeda dibandingkan dengan yang menggunakan bahan alami.
Fusion Food Alami Lebih Dianjurkan
“Makan ubi kukus atau singkong rebus dicocol sambal ikan roa masih lebih logis ketimbang brownies ubi ungu bersalut krim keju olahan,” kata Tan.
Fusion food, menurut dia, sebaiknya tetap mementingkan aspek asal usul dan sejarah bahan pangan yang dikonsumsi dan penyediaan bahan pangan secara berkelanjutan agar tidak menyebabkan penyakit.
Pastikan Gizi Fusion Food Simbang
Tan kembali mengingatkan masyarakat soal “Isi Piringku”, kampanye untuk mengonsumsi makanan dengan nutrisi yang seimbang. Dalam satu porsi piring makan, seseorang bisa mengisinya dengan 50 persen sayur dan buah dan 50 persen lainnya untuk karbohidrat dan protein.
Kampanye “Isi Piringku” juga menekankan pada pembatasan gula, garam, dan lemak dalam konsumsi sehari-hari.
Pandangan Masyarakat Tetang Fusion Food yang Makin Digemari
Salah satu makanan hasil fusion adalah burger rendang, percampuran makanan Indonesia rendang dengan burger dari Barat. Desi (27), salah seorang karyawati swasta, mengatakan fusion food sangat menarik.
“Menurutku sangat menarik, bisa menikmati kuliner lokal yang disajikan berbeda dengan tampilan yang menarik,” ujar Desi.
Media sosial dan internet mempermudah Desi mencari pilihan fusion food. Biasanya dia tertarik oleh foto-foto makanan dari warung atau restoran yang terpampang di media sosial maupun aplikasi pemesanan makanan. Beberapa fusion food yang suka dia nikmati antara lain adalah sushi burger yang terbuat dari nasi dan burger rendang.
Hal senada diungkapkan Bambang Susanto (40) menurut dia makanan tradisional yang digabungkan dengan jenis masakan lainnya justru menambah minat untuk mencobanya.
“Seperti soto, kan, di Indonesia sudah populer banget dan hampir seluruh daerah punya keunikan masing-masing. Soto isi seafood yang baru saya coba,” katanya.
Pria yang akan disapa BS itu mengatakan kreasi menciptakan fusion food dari makanan tradisional itu juga membuka peluang bisnis di dunia kuliner dalam menarik minat konsumennya.
Demikian juga dengan Fitri Susanti (38), yang menyebut bahwa referensi terkait kuliner saat ini tidak terbatas sehingga restoran, warung, atau bahkan seseorang bisa melakukan eksperimen makanan di rumah.
“Tinggal cari resep menu di internet, beli bahan di marketplace, kita bisa coba sendiri masaknya,” ujarnya.
Sebagai seorang ibu, Fitri mengaku sering mendapat informasi dari anaknya yang masih remaja terkait menu-menu makanan yang baru.
“Steak tempe contohnya, ini menarik banget. Ini makanan tradisional yang diracik dengan bumbu-bumbu ala western,” kata Fitri.
Referensi makanan yang anak muda saat ini, kata Fitri, baik makanan tradisional maupun masakan kekinian lebih banyak dibandingkan orang tuanya. Menurut dia, kreasi makanan atau minuman tradisional ke depannya juga akan semakin beragam seiring berkembangnya kuliner di dunia.