Lingkar.news – Orang Jepang terkenal disiplin, jujur, dan juga peduli pada kebersihan. Salah satu yang paling mencuri perhatian adalah ketika suporter Jepang mengumpulkan sampah usai laga Piala Dunia antara Qatar vs Ekuador di Stadion Al Bayt, Al Khor pada Senin, 21 November 2022.
Aksi bersih-bersih sampah dalam gelaran Piala Dunia di Qatar itu dilakukan suporter Jepang ketika semua penonton di stadion berduyun-duyun pulang. Sontak, aksi tersebut mendapat pujian dan berbagai komentar positif oleh warga Qatar.
Aksi terpuji orang Jepang terkait disiplin kebersihan itu bahkan diakui masyarakat secara global di tiap Piala Dunia digelar.
Meski ketat dengan kedisiplinannya, ternyata tidak semua kebiasaan orang Jepang selalu baik di mata masyarakta. Berikut ini lima hal buruk tentang orang Jepang:
1.Jarang Mandi
Hal buruk tentang orang Jepang, ternyata mereka jarang mandi. Bagi orang Indonesia, fakta ini cukup mengejutkan. Pasalnya masyarakat Indonesia terbiasa mandi minimalnya dua kali sehari.
Sementara bagi orang Jepang, sekadar cuci muka dan gosok gigi sebelum berangkat kerja, sekolah, kuliah atau aktivitas lainnya rupanya cukup lumrah.
2. Industri Seks
Seks bebas merupakan hal yang lumrah. Bahkan secara komersial industri seks di Jepang cukup dikenal masyarakat di berbagai belahan dunia. Tak hanya video, konten dewasa lumrah ditemui dalam bentuk komik maupun buku.
Meski industri tersebut tak dilarang, namun hanya masyarakat yang berusia 18 tahun ke atas yang boleh membelinya.
3. Bullying di Sekolah
Hal buruk orang Jepang selanjutnya adalah fenomena bullying atau perundungan di sekolah. Budaya bullying di Jepang ternyata sudah ada sejak dulu, bahkan hampir setiap anak pernah mengalami bullying di sekolahnya.
Tak hanya berupa tindakan, aksi bullying juga berupa omongan atau verbal. Mirisnya, aksi bullying tak sedikit korban yang berujung melakukan bunuh diri.
4. Piknik di Kuburan
Hal buruk orang Jepang yang kelima adalah tradisi piknik di kuburan. Mengejutkan, bukan? Masyarakat awam lebih familiar dengan hanami, yaitu tradisi menikmati keindahan bunga sakura sambil piknik.
Rupanya, piknik di Kuburan itu merupakan salah satu bentuk penghormatan masyarakat Jepang kepada leluhurnya. Jika berkunjung ke makam leluhur biasa diisi dengan berdoa, orang Jepang justru menggelar tikar piknik lalu makan dan minum bahkan bernyanyi bersama di depan kuburan.
5. Gila Kerja
Hal buruk orang Jepang yang jamak diketahui masyarakat dunia adalah watak gila kerja. Orang jepang memang terkenal sebagai pekerja keras dan ambisius.
Namun, gara-gara watak gila kerja ini, mudah sekali ditemui orang Jepang yang tidur di jalan atau di kendaraan umum. Dampak buruk dari watak gila kerja ini adalah menurunnya kesehatan tubuh, sehingga tak heran banyak orang Jepang yang meninggal karena kelelahan bekerja atau karoushi.
6. Biasa Minum Alkohol (Nomikai)
Nomikai merupakan acara lazim yang sering diadakan orang Jepang, terutama di antara orang yang bekerja di satu kantor yang sama. Acara ini berupa makan malam yang dipadukan dengan minum-minum dan biasanya diadakan oleh perusahaan atau perorangan.
Acara nomikai biasanya diawali dengan kampai (bersulang dalam bahasa Jepang) yang menggunakan bir sebagai minuman pembukanya. Tujuan acara ini sendiri sebenarnya adalah untuk mempererat hubungan antara satu sama lain.
Beberapa alasan kenapa orang yang bekerja di perusahaan Jepang ikut dalam acara nomikai adalah untuk menjalin hubungan yang lebih akrab, memperluas koneksi di kantor, dan mencoba makanan baru.
7. Tidak Bisa Melafalkan Huruf “L” dan “R”
Ada beberapa alasan bahwa orang Jepang tidak bisa melafalkan huruf L dan R, di antaranya Bahasa Jepang memiliki pelafalan yang jauh berbeda dengan bahasa lain, dan orang-orang Jepang sudah terbiasa dengan itu.
Selanjutnya, bahasa Jepang juga tidak memiliki pelafalan “L” dan “R” seperti bahasa lain sehingga mereka tidak bisa melafalkannya. Selain itu, pendidikan bahasa Inggris atau bahasa lain di Jepang tidak mempersiapkan siswanya untuk terus berbicara dalam bahasa yang mereka pelajari.
8. Memberi Uang Tip Dianggap Tidak Sopan
Meski banyak buku panduan wisata menyebut orang Jepang menganggap memberi tip tidak sopan, sebenarnya tak sepenuhnya begitu. Mereka hanya merasa memberi tip adalah hal aneh.
Hal ini karena, pegawai restoran di Jepang dianggap sudah mendapat upah per jam yang tinggi hingga tak lagi membutuhkan tip.
Selain itu, biasanya pegawai restoran di Jepang memberikan hidangan pembuka mungil bernama otoshi. Meski kamu tidak memesannya, kamu harus tetap membayar hidangan ini.
Otoshi biasanya dibanderol 500 yen atau sekitar Rp 65.800 per kepala. Nah, secara tidak langsung otoshi merupakan bentuk ‘pemaksaan’ pada pengunjung untuk memberi tip pada restoran.
Kemudian, jam kerja pegawai restoran di Jepang umumnya tak terlalu panjang. Hal ini membuat mereka sebenarnya sudah cukup dapat pemasukan dari gaji restoran saja, tanpa mengandalkan tip pengunjung.
9. Bunuh Diri
Menurut Wataru Nishida, psikolog dari Universitas Temple di Tokyo, menyebutkan kalau Jepang memiliki tradisi selama berabad-abad untuk bunuh diri demi kebanggaan.
Para samurai melakukannya, pun demikian para pilot saat berakhirnya Perang Dunia ke-2 pada 1945. Hal itu sepertinya menjadi alasan kultural mengapa Jepang lebih “mudah” memutuskan untuk bunuh diri. Tak hanya itu, Nishida mengatakan, tidak ada sejarah agama yang kuat di Jepang juga menjadi pemicunya. (Lingkar Network | Lingkar.news)