Lingkar.news – Bencana alam berupa gempa bumi baru-baru ini mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Gempa bermagnitudo 5,6 itu mengakibatkan ratusan orang meninggal dunia dan sejumlah bangunan mengalami rusak ringan hingga tinggi.
Mengingat kerusakan rumah dan bangunan yang tidak sedikit, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengimbau agar pembangunan rumah rusak yang terkena gempa bumi diwajibkan memakai standar bangunan anti gempa oleh PUPR.
Berkaca pada peristiwa gempa bumi pada 2007 di Bengkulu, bangunan rumah dengan bahan kayu dinilai lebih aman dan tahan guncangan gempa bumi. Terbukti, bangunan rumah kayu atau Biday lebih aman dan tetap berdiri kokoh saat gempa dengan kekuatan 7,0 SR melanda Bengkulu. Sedangkan bangunan menggunakan semen sebagian besar ambruk dan retak-retak.
Akan tetapi melihat gaya bangunan rumah dewasa ini, masyarakat lebih memilih desain rumah modern. Bangunan rumah adat atau rumah tradisional yang dibangun menggunakan material kayu mulai ditinggalkan.
Padahal konstruksi rumah berbentuk panggung dan terbuta dari kayu sudah terbukti mampu menahan guncangan saat gempa. Berikut ini, rumah tradisional dari kayu yang dirancang tahan terhadap guncangan gempa:
1.Rumah Joglo
Rumah Joglo merupakan rumah adat dari Jawa Tengah. Struktur kayu pada rumah joglo menghasilkan kemampuan meredam getaran atau guncangan yang efektif, lebih fleksibel dan juga stabil. Kolom-kolom induk atau soko-soko guru pada bangunan rumah joglo menjadi penyangga rumah bagian inti sehingga tahan gempa.
2.Rumah Aceh
Rumah Aceh berbentuk panggung, memiliki lantai dari papan kayu dan atap dari daun rumbia. Struktur kayu tersebut saling dikaitkan satu sama lain. Lalu tiap struktur bangunannya dikunci dengan pasak atau baji alih-alih paku oleh sebab itu Rumah Aceh lebih kokoh dan dinamis dari guncangan gempa.
Pasca gempa, masyarakat punya kebiasaan untuk mengecek posisi pasak. Jika terdapat pasak yang menonjol, bisa dikembalikan ke posisi semula dengan cara dipukul.
3.Rumah Kaki Seribu
Selain kayu, rumah yang dibangun dengan material bambu juga cenderung lebih tahan gempa. Pasalnya kayu dan bambu memiliki kelenturan terhadap guncangan gempa.
Salah satu rumah adat yang dibangun dengan material bambu adalah rumah kaki seribu di Kabupaten Manokwari, Papua Barat. Disebut kaki seribu karena struktur bangunan dan bentuk rumahnya berdiri di atas banyak tiang sehingga menyerupai kaki seribu. Berbentuk panggung, tiang-tiang penyangga rumah ini menggunakan material kayu, sedangkan atapnya terbuat dari daun jerami dan daun sagu.
4.Omo Sebua dan Omo Hada
Omo Sebua dan Omo Hada merupakan rumah adat tradisional masyarakat Suku Nias, Sumatera Utara. Kedua bangunan rumah ini sama-sama berbentuk panggung dengan pondasi berupa lempengan batu besar dan balok diagonal. Kemudian untuk bangunan rumahnya terbuat dari kayu ulin yang besar dan kokoh dan ditumpuk melingkar menjadi dinding sedangkan atapnya menjulang tinggi. Rumah Omo Sebua dan Omo Hada merupakan rumah adat warisan leluhur yang masih terus dilestarikan hingga saat ini.
Rumah Omo Sebua lebih dikhususnya untuk kepala desa. Ukurannya pun terbilang paling besar jika dibandingkan dengan rumah warga pada umumnya. Sedangkan untuk rumah Omo Hada adalah tempat tinggal bagi masyarakat biasa suku Nias. Perbedaanya, Omo Hada lebih sederhana karena berbentuk persegi dengan enam tiang, serta antar rumah saling terhubung dengan sebuah pintu.
5.Rumah Adat Woloan
Bangunan tahan gempa selanjutnya dapat ditemui di Tomohon, Sulawesi Utara. Rumah Adat Woloan berbentuk panggung dan terbuat dari bahan kayu besi untuk tiang rumahnya. Sedangkan bagian dinding dan lantau menggunakan material kayu cempaka yang dinilai lebih awet dan memiliki urat kayu yang bagus. Oleh sebab itu, bangunan rumah ini dikenal sebagai bangunan tahan gempa.
Sama dengan rumah Aceh, rumah adat Woloan memiliki struktur yang saling terkait satu sama lain sehingga lebih aman dari gempa.
6.Rumah Sesat Agung
Di Lampung, rumah Nuwo Sesat Agung sudah ada sejak dulu dan masih dilestarikan oleh masyarakat setempat. Konsep rumah adat Lampung sengaja dibangun menyesuaikan kondisi geologi karena sering terjadi gempa. Struktur rumah Nuwo Sesat Agung dibangun dengan konsep panggung dan terbuat dari bahan utama kayu sehingga lebih tahan terhadap guncangan gempa.
7.Rumah Bangsal Kencono
Rumah adat bangsal kencono merupakan rumah adat dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan merupakan bangunan khas keratin setempat. Struktur rumah Bangsal Kencono berbentuk joglo dengan tiang dan dinding yang disusun dari kayu berkualitas tinggi seperti kayu jati. Penggunaan material bangunan Rumah adat bangsal kencono ini masyoritas menggunakan kayu sehingga lebih tahan terhadap guncangan gempa.
8.Rumah Gadang
Rumah Gadang dari Sumatera Barat dikenal tahan gempa. Terbukti pada gempa berkekuatan magnitudo 6,1 pada 25 Februari 2022 di Kampung Tinggam, Jorong Lubuak Sariak, Nagari Kajai, Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat masih tegak berdiri padahal sebagian besar rumah tembok di sekitarnya hancur.
Faktor yang membuat rumah gadang tahan gempa itu karena dari segi struktur dan fondasi rumah tidak tertanam di dalam tanah. Melainkan berada di permukaan dan diletakkan di atas batu pipih. Selain itu, rumah gadang menggunakan pasak untuk sambungan tiang, balok lantai dan balok atap. Sistem pasak ini lah yang membuat bangunan lebih fleksibel ketika terguncang gempa.
9.Rumah Tongkonan
Rumah Tongkonan adalah rumah tradisional suku Toraja di Sulawesi Selatan. Rumah Tongkonan terdiri dari tiga sistem struktur vertical berupa atap, badan dan kaki bangunan. Pada bagian kaki, bangunan terbentuk oleh hubungan antara tiang-tiang dengan sulur yang terbuat dari kayu. Tiang-tiang ditopang pondasi batu alam yang berfungsi melindungi tiang kayu dari air tanah dan mencegah turunnya bangunan. Kebanyakan material yang digunakan adalah kayu cempaka sedangkan khusus untuk tiang pusat menggunakan kayu nangka. Material kayu yang tidak tertanam langsung di dalam tanah membuat bangunan Rumah Tongkonan tahan akan guncangan gempa. (Lingkar Network | Lingkar.news)
Sumber Referensi:
Oktawati, A.E., dan Sahabudin, Wasilah. Karakter Tektonika Rumah Tongkonan Toraja.
Yulianto, Eko. (2017). Lipi: Bangunan Adat Indonesia Tahan Gempa. Diakses pada 24 November 2022 dari http://lipi.go.id/lipimedia/bangunan-adat-indonesia-tahan-gempa/17406